Kamis, 21 Juni 2012

Akpro UPI, apa yang telah aku berikan untuknya?

setelah dua hari terakhir diliputi badai hari ini Allah memberikan sedikit pencerahan yang mengembalikan kembali sedikit semangat itu. setelah berlelah - lelah urusan akademik menyempatkan datang ke acara diskusi publik soal otonomi kampus di Auditorium LPPM. tidak ada niat untuk serius untuk menyimak materi di acara ini memang. beruntung datang saudariku Evi Mulyani yang membuka sebuah diskusi berkaitan dengan Akademi Profesi. Evi membuka diskusi dengan sebuah pertanyaan, “kenapa sih UPI hanya mampu 1 atau 2 kelompok untuk berjuang di ajang PIMNAS padahal Proposal yang didanai cukup banyak dan bahkan yang mengirimkan PKM-GT mencapai 400 buah proposal, tapi kenapa yang lolos PIMNAS hanya sedikit?” kemudian aku jadi ikut berpikir soal ini. Kemudian evi melanjutkan analisisnya soal ini, “apa mungkin karena kita adalah UPI jadi juri agak berat untuk meloloskan UPI atau jangan - jangan juri yang terlibat dari kampus - kampus yang selama ini peraih emas PIMNAS.”.
Well, itu memang analisis yang berlebihan sih dan cenderung suudzon, tapi perlu kita khawatirkan ada apa dengan Akademi Profesi UPI bahkan untuk ajang bergengsi seperti PIMNAS saja UPI masih sedikit yang ikut. Bahkan ada yang bilang saat seorang mahasiswa UPi yang lolos jadi finalis dalam salah satu ajang nasional mengatakan saat berada bersama peserta dari kampus lain ditanya, “UPI itu kampus underdog ya?” Waw sebuah reaksi yang dipertanyakan ke eksistensian kampus UPI sebagai kampus negeri yang sebenarnya punya prestasi yang tak kalah dari kampus lain.
bukan soal ini saja sebenarnya masalah ke eksistensian UPI dalam hal akademik profesi yang agak diragukan orang lain. teringat dengan program Indonesia Mengajar yang diinisiasi oleh Anies Baswedan. UPI baru diakui kualitasnya dalam program ini pada angkatan 4. Padahal kita tahu UPI adalah penghasil guru - guru yang sudah disiapkan menjadi pendidik masa depan, tapi apa di ajang ini saja UPI belum diakui.
Apalagi yang menjadi kekurangan - kekurangan UPI dalam hal akademik? pasti masih banyak.
Sebagai seorang agent of change kita tak layak fokus pada masalah saja kita perlu mendapatkan solusinya. untuk permasalahan ini sebenarnya perlu dianalisis lagi akar permasalahannya. Oke kita sorot soal ajang PKM ini. Hanya 2 kelompok saja yang berangkat berlaga di PIMNAS. masalahnya bisa saja adalah kurangnya kelompok yang ikut ajang PKM dari kampus UPI BS atau Kamda. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jumlah yang berangkat PIMNAS pada akhirnya karena peluang semakin sedikit. Boleh jadi kampus yang sering mendapat emas itu mengirimkan jauuuuhhhh lebih banyak daripada UPI sehingga peluang masuk PIMNAS bahkan mendapat emas lebih banyak dibandingkan kita. Kita tanyakan pada diri kita sebagai mahasiswa UPI bagaimanakah keinginan kita untuk membuat sebuah karya ilmiah secara tulisan?
Nah, itu dia permasalahannya adalah budaya menulis ilmiah di kampus UPI masih kurang sehingga untuk ikut ajang seperti PKM, lomba karya tulis ilmiah, dll masih sangat kurang akibatnya peluang kita untuk eksis sangat kecil karena orang hanya mau menilai dari prestasi dan karyannya. Hal ini dapat berimbas kepada ajang seperti Indonesia Mengajar dan yang lainnya sehingga kualitas kita bisa diragukan padahal kita sangat berkualitas juga.
well, lantas apa yang sudah diberikan oleh kita khususnya aku untuk permasalahan ini? Oke saat ini aku adalah salah seorang pengurus BEM yang bergerak di bidang Akpro yang secara tidak langsung bertanggung jawab pada masalah ini. Proker yang sudah ada harapannya memang bisa membantu menyelesaikan permasalahan ini tapi tidak bisa diandalkan pada proker yang ada. sepertinya perlu ada kerja sama dengan pihak - pihak terkait untuk meningkatkan kualitas ini.
Bukan sesuatu yang akan banyak memberikan konteribusi memang tapi harus bisa memberikan kontribusi sekecil apapun itu. SEMANGAT ASRI TINGKATKAN KUALITAS DIRI DAN AKPRO BEM REMA UPI UNTUK UPI YANG LEBIH BERDEDIKASI!!!!! :)