Kamis, 26 Desember 2013

MENERIMA

"Hati manusia seperti pantulan di permukaan air. Mulut selalu berkata hal yang berlawanan dengan hati. Namun, sebenarnya, di dalam lubuk hati manusia ingin saling menerima satu sama lain." _Naruto Shippuden chapter 660_

Hati. Sudah sangat tak asing untuk diterima oleh syaraf yang ada di dalam otak kita. Apa yang kita ingat jika ia sampai di otak kita? Soal penjelasan yang disampaikan oleh Rasulullah yang diriwayatkan dalam hadits oleh Bukhari muslim bahwa "ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya.ingatlah ia adalah hati" Hati bagiku adalah tempat bergumulnya perasaan-perasaan, baik perasaan yang baik atau perasaan yang buruk. Hati juga adalah tempat sebuah perasaan bernama "ikhlas/menerima"
Aku menyadari banyak masalah yang kualami dan sumber masalah itu semua cuma satu, yaitu sulit menerima masalah. Well, masalah itu adalah timpangnya antara harapan dan kenyataan. Jadi yang jadi masalah atas masalah dalam kehidupan kita adalah karena kita tidak menerima kenyataan yang sangat timpang atas harapan yang kita miliki.
Menerima adalah sebuah bentuk perasaan yang juga anggota dari hati kita. orang lebih familiar dengan kata ikhlas untuk perasaan sejenis ini. Perasaan ini penting sekali dalam hati kita jika ia tak hadir maka akan muncul si dengki, si riya, si hasad, dan si si si yang lain. Dalam pemahamanku selama ini perasaan-perasaan yang terbit di hati mempengaruhi apa-apa yang kita lakukan. Liat saja si dengki jika sudah menguasai bisa-bisa kita tak lagi adil bersikap pada orang lain hanya karena ia memiliki sesuatu yang tak kamu punya dan apa sebabnya? hanya kerana tak menerima bahwa kamu tak memiliki yang ia miliki dan banyak lagi.
Seperti yang dijelaskan oleh gambar ini yang diambil dari Naruto Shippuden chapter 660
 Gambar ini menjelaskan soal seseorang yang bisa hidup dengan kondisi apapun. Apakah ia hanya hidup dengan berteman hanya dengan monster yang justru membencinya atau tentang dilupakan oleh orang bahkan namapun tak diingat siapapun. Benar-benar hanya menerima kondisi apapun. Menerima. Tak ada lagi dengki, marah, riya, hasad, de el el. 
Benar-benar ya solusi hidup itu cuma ikhlas mungkin dengan begitu syukur juga akan ikut juga sabar akan mengiringi helaan denyut si hati. Ah

Kamis, 12 Desember 2013

Berjuang Tanpa Lingkaran

Mungkin inilah efek samping meninggalkan ruang dimensi bernama halaqoh. Sudah 6 pekan ruang bernama halaqoh itu ditinggalkan. Alasannya? simpel, Tidak nyaman. Halaqoh secara harfiah adalah lingkaran dalam lingkungan tarbiyah bermakna sebuah kelompok untuk menimba ilmu, bersilaturahmi, merekatkan ukhuwah, dan memecahkan persoalan. Halaqoh adalah aktivitas penting dalam lingkungan tarbiyah bahkan menjadi syarat utama seseorang untuk tergabung dalam lingkungan ini.
Efek samping yang kualami saat meninggalkan halaqoh atau seringnya kusebut dengan nama lingkaran itu adalah sibuk dengan dunia sendiri. Dunia yang pernah dulu kudalami. Dunia anime, jepang, idol grup, dll. Banyak amalan yang ditinggalkan. Selain itu juga jadi tertinggal dari informasi-informasi penting. Banyak melakukan hal yang sia-sia dan masih banyak lagi yang menjadi efek samping saat meninggalkan lingkaran.
Tapi harusnya aku sadar bahwa bukan karena lingkaran aku jadi rajin beramal atau beribadah. Mungkin dulu patut kupertanyakan niat mengikuti lingkaran atau melakukan sederet amalan yaumiyah yang selalu dimonitor oleh seorang mentor.
Kini dengan tanpa lingkaran tujuan hidupku, setiap langkah hidupku harusnya hanya karena atau untuk Allah SWT dan Rasulullas SAW. Seperti yang disebut oleh hadits arba'in nomer satu. Efek-efek samping akibat meninggalkan lingkaran harus segera kutepis dan menunjukan pada Allah SWT bahwa semua yang kulakukan adalah karenaNya. Mungkin dengan lingkaran perjuangan itu jadi ringan tapi kini dengan tanpa lingkaran maka akan sangat berat jadi harus berjuang terus-terusan.
Dengan begini sebenarnya aku ingin kembali tanpa penyesalan atau tanpa permohonan yang belum terkabulkan. Aku ingin kembali dengan perasaan bahagia dengan perasaan yang puas. Bisa aku pasti bisa meski harus berjuang tanpa lingkaran! Bismillah...

Rabu, 04 Desember 2013

Kawan

Dahulu aku pernah berpikir
Suatu saat aku akan berubah
Dahulu aku pernah berharap
Aku tak seperti diriku kini
Dahulu aku pernah mencoba merasa
Bagaimana tidak menjadi diri seperti ini
Berulang kali aku bertanya
Kapan itu akan terjadi
Kapan aku tak lagi seperti kala itu
Kini aku berpikir
Mungkinkan kini hal itu akan terganti?
Mungkinkan hal ini telah bermula?
Perubahan itu
Perubahan yang kuharapkan
Perubahan dimana aku tak lagi membenci diri sendiri
Atau Berharap aku ingin lenyap
Jika iya
Aku ingin seorang kawan mendampingi
Akankah itu kamu?
Entahlah
Sampai saat ini aku menjejaknya seorang diri
Tapi benar aku butuh kawan
Ah mengapa aku mempersulit diri untuk mencari
Jika kawan yang kubutuhkan adalah seorang yang sempurna
Seorang yang tahu jawaban kala aku bertanya
Seorang yang meluruskan kala aku menyimpang
Seorang yang melerai gundah kala resah sesak di dada
Seorang yang memercikan bahagia kala duka tengah menjejal rasa
Adakah kawan yang seperti itu?
Jika ada aku ingin bertemu denganmu
Saling mengenggam erat untuk menjaga
Adakah?

Aku akan menunggunya
Meski bilangan tahun
Meski kulitku telah keriput
atau tulangku telah rapuh

Tapi itu terlalu sia-sia
Aku membutuhkannya sekarang
Saat perubahan telah mulai nampak
Saat keinginan untuk lenyap telah lenyap

Tapi siapa?
Adakah tuhan telah membisikannya padamu?

Ah, aku ingat saat manusia agung itu telah tiada
Ia berkata telah mewariskan dua hal
Apa?
Al-Quran dan As-Sunnah
Cukuplah mereka sebagai kawan
Mereka akan menjadi sesuatu yang aku harapkan
Mudah-mudahan