Sabtu, 03 Mei 2014

Pendidikan

Hari pendidikan nasional baru saja lewat beberapa menit yang lalu kemudian aku ingin menuliskan tentangnya. Tanggal 2 Mei selalu menjadi hari yang dirayakan sebagai hari pendidikan nasional. Semua orang riuh mengucapkan selamat juga sibuk melaksanakan upacara juga beberapa perayaan lainnya seperti demonstrasi, aksi tebar bunga pada guru, dll.
Pendidikan indonesia yang masih banyak masalah jadi topik dalam banyak kultwit, artikel, opini, kritik, dll. Isinya banyak tentang sistem pendidikan yang salah bahkan ada yang berani memberikan rapor merah pada mendikbud.
Aku sendiri entah ingin merayakannya seperti apa hingga detik-detik tanggal 2 Mei berlalu pergi aku tak melakukan apa-apa untuk memperingatinya. Bagiku pendidikan Indonesia membuatku speechless.
Well, dalam kesempatan tulisan kali ini bukan ingin mengkritik perayaan hardiknas melainkan aku ingin sedikit mencurahkan isi hati tentang kurikulum yang baru, yaitu kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 terlepas dari segala kontroversinya aku cukup setuju dengan adanya kompetensi inti yang mengikutsertakan untuk mengenal tuhan dan menjadi kompetensi inti pertama. Kompetensi inti yang tercantum dalam kurikulum 2013 itu ada empat. Kurang lebih point pertama itu adalah tentang mendekatkan diri kepada sang pencipta setelah memperlajari sebuah mata pelajaran kemudian poin kedua tentang perilaku siswa setelah belajar. Kompetensi inti yang ketiga adalah mengenai materi yang dipelajari siswa tersebut dan yang keempat mengenai aplikasinya.
Yang jadi fokus perhatian saya pada kali ini adalah mengenai poin satu dan tiga dalam kompetensi inti kurikum 2013. Saya senang saat tujuan pendidikan nasional kita menjadi tujuan dalam pembelajaran karena selama ini antara pembelajaran dengan tujuan nasional itu timpang.
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Begitulah isi dari kompetensi inti poin satu. Selama ini pendidikan bahkan mungkin disetiap bidang telah terjadi sekulerisme atau pemisahan antara agama dengan non agama sehingga terjadi kerusakan-kerusakan yang merugikan akibat tidak diikutsertakannya aturan agama yang adil dalam pelaksanaannya. Banyak dampak dari upaya sekulerisasi ini salah satunya adalah anak yang ikut serta dalam kegiatan pembelajaran semakin banyak belajar semakin tinggi tingkat pendidikannya tapi tidak sedikit yang tidak mengenal baik penciptanya dan agama yang dianutnya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya tidak membuat seseorang semakin santun, menahan diri, dll.
Maka upaya minimalisasi upaya sekulerisasi dalam pendidikan dengan membuat kompetensi inti semacam itu adalah sebuah langkah yang baik. Namun, masalahnya kini apakah materi yang disampaikan oleh guru bisa mencapai kompetensi inti tersebut? Terlebih isi materi.
Aku bukan seorang yang anti barat sehingga menolak apa-apa yang datang dari barat, tapi aku bukan orang yang menelan semua yang datang dari barat. Aku berusaha untuk mengambil manfaatnya dan meninggalkan yang mudharatnya. 
Kemajuan ilmu pengetahuan beberapa tahun terakhir sangatlah pesat hingga dapat membuat teknologi semakin maju dengan pesat dan kini kita menikmatinya. Saya akui semua kemajuan itu datang dari ilmuwan barat seperti Newton, Einstein, De Broglie, Schrodinger, dll. Tapi, apakah isi teori yang mereka kemukakan tidak bertentangan dengan aqidah yang kita imani? Seperti misalnya teori relativitas Einstein yang dalam masa post modern ini sedang booming dengan relativitas kebenaran sehingga ada atau tidaknya Tuhan pun adalah sebuah relativitas. Juga mengenai hukum kekekalan energi yang selama ini kita pahami dari mata pelajaran fisika di Sekolah menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat menciptakan energi dan menghancurkan energi. Hukum itu berakibat fatal pada kepercayaan mengenai hari akhir dan sifat Allah SWT yang maha pencipta.
Aku bukan mau mengungkapkan teori-teori yang bertentangan dengan ajaran islam melainkan ingin menyadarkan bahwa ada materi-materi yang tidak sesuai dengan ajaran islam dan dalam menyikapi hal tersebut bukan dengan menolak dan meninggalkannya melainkan dengan meluruskannya.
Upaya meluruskan hal ini banyak yang menyebutnya dengan islamisasi ilmu. Ilmu pengetahuan terutama IPA tidaklah bersifat netral. Semua teori yang kita pelajari dari IPA tidaklah bersifat fakta melainkan sebuah penafsiran seorang ilmuwan terhadap fakta kejadian alam. Yang ingin ditekankan adalah bahwa proses islamisasi ilmu itu bukan menamai komputer islami, sepeda islami, hape islami, dll, melainkan meluruskan penafsiran fakta kejadian alam dengan kerangka pandang islami sehingga antara ilmu pengetahuan dengan agama tak lagi berbentrokan. Dengan demikian, semoga kompetensi inti poin pertama dapat dicapai dengan baik.
Wallahu’alam