"Hati manusia seperti pantulan di permukaan air. Mulut selalu berkata hal yang berlawanan dengan hati. Namun, sebenarnya, di dalam lubuk hati manusia ingin saling menerima satu sama lain." _Naruto Shippuden chapter 660_
Hati. Sudah sangat tak asing untuk diterima oleh syaraf yang ada di dalam otak kita. Apa yang kita ingat jika ia sampai di otak kita? Soal penjelasan yang disampaikan oleh Rasulullah yang diriwayatkan dalam hadits oleh Bukhari muslim bahwa "ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya.ingatlah ia adalah hati" Hati bagiku adalah tempat bergumulnya perasaan-perasaan, baik perasaan yang baik atau perasaan yang buruk. Hati juga adalah tempat sebuah perasaan bernama "ikhlas/menerima"
Aku menyadari banyak masalah yang kualami dan sumber masalah itu semua cuma satu, yaitu sulit menerima masalah. Well, masalah itu adalah timpangnya antara harapan dan kenyataan. Jadi yang jadi masalah atas masalah dalam kehidupan kita adalah karena kita tidak menerima kenyataan yang sangat timpang atas harapan yang kita miliki.
Menerima adalah sebuah bentuk perasaan yang juga anggota dari hati kita. orang lebih familiar dengan kata ikhlas untuk perasaan sejenis ini. Perasaan ini penting sekali dalam hati kita jika ia tak hadir maka akan muncul si dengki, si riya, si hasad, dan si si si yang lain. Dalam pemahamanku selama ini perasaan-perasaan yang terbit di hati mempengaruhi apa-apa yang kita lakukan. Liat saja si dengki jika sudah menguasai bisa-bisa kita tak lagi adil bersikap pada orang lain hanya karena ia memiliki sesuatu yang tak kamu punya dan apa sebabnya? hanya kerana tak menerima bahwa kamu tak memiliki yang ia miliki dan banyak lagi.
Seperti yang dijelaskan oleh gambar ini yang diambil dari Naruto Shippuden chapter 660
Gambar ini menjelaskan soal seseorang yang bisa hidup dengan kondisi apapun. Apakah ia hanya hidup dengan berteman hanya dengan monster yang justru membencinya atau tentang dilupakan oleh orang bahkan namapun tak diingat siapapun. Benar-benar hanya menerima kondisi apapun. Menerima. Tak ada lagi dengki, marah, riya, hasad, de el el.
Benar-benar ya solusi hidup itu cuma ikhlas mungkin dengan begitu syukur juga akan ikut juga sabar akan mengiringi helaan denyut si hati. Ah
Tak setiap kenangan mampu kita ingat. Tak setiap pengalaman berharga mampu kita putar ulang kembali. Jika kamera adalah alat bantu terbaik menangkap kenangan maka tulisan bekerja untuk menceritakannya.
Kamis, 26 Desember 2013
Kamis, 12 Desember 2013
Berjuang Tanpa Lingkaran
Mungkin inilah efek samping meninggalkan ruang dimensi bernama halaqoh. Sudah 6 pekan ruang bernama halaqoh itu ditinggalkan. Alasannya? simpel, Tidak nyaman. Halaqoh secara harfiah adalah lingkaran dalam lingkungan tarbiyah bermakna sebuah kelompok untuk menimba ilmu, bersilaturahmi, merekatkan ukhuwah, dan memecahkan persoalan. Halaqoh adalah aktivitas penting dalam lingkungan tarbiyah bahkan menjadi syarat utama seseorang untuk tergabung dalam lingkungan ini.
Efek samping yang kualami saat meninggalkan halaqoh atau seringnya kusebut dengan nama lingkaran itu adalah sibuk dengan dunia sendiri. Dunia yang pernah dulu kudalami. Dunia anime, jepang, idol grup, dll. Banyak amalan yang ditinggalkan. Selain itu juga jadi tertinggal dari informasi-informasi penting. Banyak melakukan hal yang sia-sia dan masih banyak lagi yang menjadi efek samping saat meninggalkan lingkaran.
Tapi harusnya aku sadar bahwa bukan karena lingkaran aku jadi rajin beramal atau beribadah. Mungkin dulu patut kupertanyakan niat mengikuti lingkaran atau melakukan sederet amalan yaumiyah yang selalu dimonitor oleh seorang mentor.
Kini dengan tanpa lingkaran tujuan hidupku, setiap langkah hidupku harusnya hanya karena atau untuk Allah SWT dan Rasulullas SAW. Seperti yang disebut oleh hadits arba'in nomer satu. Efek-efek samping akibat meninggalkan lingkaran harus segera kutepis dan menunjukan pada Allah SWT bahwa semua yang kulakukan adalah karenaNya. Mungkin dengan lingkaran perjuangan itu jadi ringan tapi kini dengan tanpa lingkaran maka akan sangat berat jadi harus berjuang terus-terusan.
Dengan begini sebenarnya aku ingin kembali tanpa penyesalan atau tanpa permohonan yang belum terkabulkan. Aku ingin kembali dengan perasaan bahagia dengan perasaan yang puas. Bisa aku pasti bisa meski harus berjuang tanpa lingkaran! Bismillah...
Efek samping yang kualami saat meninggalkan halaqoh atau seringnya kusebut dengan nama lingkaran itu adalah sibuk dengan dunia sendiri. Dunia yang pernah dulu kudalami. Dunia anime, jepang, idol grup, dll. Banyak amalan yang ditinggalkan. Selain itu juga jadi tertinggal dari informasi-informasi penting. Banyak melakukan hal yang sia-sia dan masih banyak lagi yang menjadi efek samping saat meninggalkan lingkaran.
Tapi harusnya aku sadar bahwa bukan karena lingkaran aku jadi rajin beramal atau beribadah. Mungkin dulu patut kupertanyakan niat mengikuti lingkaran atau melakukan sederet amalan yaumiyah yang selalu dimonitor oleh seorang mentor.
Kini dengan tanpa lingkaran tujuan hidupku, setiap langkah hidupku harusnya hanya karena atau untuk Allah SWT dan Rasulullas SAW. Seperti yang disebut oleh hadits arba'in nomer satu. Efek-efek samping akibat meninggalkan lingkaran harus segera kutepis dan menunjukan pada Allah SWT bahwa semua yang kulakukan adalah karenaNya. Mungkin dengan lingkaran perjuangan itu jadi ringan tapi kini dengan tanpa lingkaran maka akan sangat berat jadi harus berjuang terus-terusan.
Dengan begini sebenarnya aku ingin kembali tanpa penyesalan atau tanpa permohonan yang belum terkabulkan. Aku ingin kembali dengan perasaan bahagia dengan perasaan yang puas. Bisa aku pasti bisa meski harus berjuang tanpa lingkaran! Bismillah...
Rabu, 04 Desember 2013
Kawan
Dahulu aku pernah berpikir
Suatu saat aku akan berubah
Dahulu aku pernah berharap
Aku tak seperti diriku kini
Dahulu aku pernah mencoba merasa
Bagaimana tidak menjadi diri seperti ini
Berulang kali aku bertanya
Kapan itu akan terjadi
Kapan aku tak lagi seperti kala itu
Kini aku berpikir
Mungkinkan kini hal itu akan terganti?
Mungkinkan hal ini telah bermula?
Perubahan itu
Perubahan yang kuharapkan
Perubahan dimana aku tak lagi membenci diri sendiri
Atau Berharap aku ingin lenyap
Jika iya
Aku ingin seorang kawan mendampingi
Akankah itu kamu?
Entahlah
Sampai saat ini aku menjejaknya seorang diri
Tapi benar aku butuh kawan
Ah mengapa aku mempersulit diri untuk mencari
Jika kawan yang kubutuhkan adalah seorang yang sempurna
Seorang yang tahu jawaban kala aku bertanya
Seorang yang meluruskan kala aku menyimpang
Seorang yang melerai gundah kala resah sesak di dada
Seorang yang memercikan bahagia kala duka tengah menjejal rasa
Adakah kawan yang seperti itu?
Jika ada aku ingin bertemu denganmu
Saling mengenggam erat untuk menjaga
Adakah?
Aku akan menunggunya
Meski bilangan tahun
Meski kulitku telah keriput
atau tulangku telah rapuh
Tapi itu terlalu sia-sia
Aku membutuhkannya sekarang
Saat perubahan telah mulai nampak
Saat keinginan untuk lenyap telah lenyap
Tapi siapa?
Adakah tuhan telah membisikannya padamu?
Ah, aku ingat saat manusia agung itu telah tiada
Ia berkata telah mewariskan dua hal
Apa?
Al-Quran dan As-Sunnah
Cukuplah mereka sebagai kawan
Mereka akan menjadi sesuatu yang aku harapkan
Mudah-mudahan
Suatu saat aku akan berubah
Dahulu aku pernah berharap
Aku tak seperti diriku kini
Dahulu aku pernah mencoba merasa
Bagaimana tidak menjadi diri seperti ini
Berulang kali aku bertanya
Kapan itu akan terjadi
Kapan aku tak lagi seperti kala itu
Kini aku berpikir
Mungkinkan kini hal itu akan terganti?
Mungkinkan hal ini telah bermula?
Perubahan itu
Perubahan yang kuharapkan
Perubahan dimana aku tak lagi membenci diri sendiri
Atau Berharap aku ingin lenyap
Jika iya
Aku ingin seorang kawan mendampingi
Akankah itu kamu?
Entahlah
Sampai saat ini aku menjejaknya seorang diri
Tapi benar aku butuh kawan
Ah mengapa aku mempersulit diri untuk mencari
Jika kawan yang kubutuhkan adalah seorang yang sempurna
Seorang yang tahu jawaban kala aku bertanya
Seorang yang meluruskan kala aku menyimpang
Seorang yang melerai gundah kala resah sesak di dada
Seorang yang memercikan bahagia kala duka tengah menjejal rasa
Adakah kawan yang seperti itu?
Jika ada aku ingin bertemu denganmu
Saling mengenggam erat untuk menjaga
Adakah?
Aku akan menunggunya
Meski bilangan tahun
Meski kulitku telah keriput
atau tulangku telah rapuh
Tapi itu terlalu sia-sia
Aku membutuhkannya sekarang
Saat perubahan telah mulai nampak
Saat keinginan untuk lenyap telah lenyap
Tapi siapa?
Adakah tuhan telah membisikannya padamu?
Ah, aku ingat saat manusia agung itu telah tiada
Ia berkata telah mewariskan dua hal
Apa?
Al-Quran dan As-Sunnah
Cukuplah mereka sebagai kawan
Mereka akan menjadi sesuatu yang aku harapkan
Mudah-mudahan
Jumat, 29 November 2013
Balada Hujan: Masa kelam tergantikan oleh masa terang
Disclaimer: Masashi Kisimoto
story by me
pairing ShikaTema
Rating T
warning OOC
story by me
pairing ShikaTema
Rating T
warning OOC
Aku melihat tetesan air mata di sudut matamu. Mengalir syahdu di kedua pipimu.
"Ada apa?" tanyaku kembut seraya menghapus air mata yang membentuk sungai di kedua pipimu. Kamu tak menjawab, hanya melingkarkan lengan di pinggangku dan menenggelamkan kepalamu di bahuku. Tangis yang air matanya sudah kuhapus tadi berubah menjadi isak yang menggugu. Kesedihanmu mengalir pada hatiku. Beberapa tetes air mata pun mengawali tangisku.
"Mengapa kamu menangis Shikamaru?" tanyaku lembut seraya mengusap punggungnya yang bidang itu. Cukup lama tak ada jawaban. Kamu masih sibuk menangis membasahi bahuku. Aku diam menebak-nebak sebab yang membuatmu bersedih hati. Aku menyimpulkan beberapa, tapi tetap saja kutunggu jawabmu.
"Temari, aku kehilangan harapan dari sosok yang selalu menebarkan bibit harapan," jawabnya seraya melepaskan lingkaran lengan di pinggangku dan mengangkat wajahnya dari bahuku, menatap kedua mataku dengan syahdu.
"Ayahmu?" tanyaku ragu yang kamu balas dengan anggukan pelan. Pandanganmu berpaling pada awan yang tengah menjelma menjadi cumulo nimbus menandakan hujan akan segera meramaikan sudut desa.
"Hidup itu adalah siklus. Seperti air. Ia menguap menjadi awan dan turun menjadi hujan kembali menjadi air. Pun manusia ia diciptakan dalam bentuk ruh diberi kesempatan turun ke bumi menerima jasad dan akan mati untuk kembali menjadi ruh," ujarku berupaya menyemangatinya dengan berfilosofi tentang hidup. Pandanganmu lurus ke awan, menerawang, mengais keyakinan, dan menguatkan harapan.
"Jika kau pikir hujan adalah masa kelam maka sabarlah ia akan berhenti dan menyingkir memberi kesempatan untuk matahari memberikan masa paling terang. Jika kau pikir kematian ayahmu adalah hal yang menyedihkan maka ikhlaskanlah ia akan terurai mengendap menjadi kenangan yang bersenandung dalam do'a. Sebaik-baik bakti dari seorang anak adalah do'a," ujarku terus berupaya menguatkan hatimu. Kamu tidak seperti biasanya. terlalu suram. Kemana ekspresi malasmu yang selalu melekat di wajah malasmu? Kemana kata-kata yang kupikir hanya itulah yang hanya bisa kau ucapkan, Mendokusei?
Awan akhirnya luruh terpecah menjadi tetesan hujan yang deras. Menghentak bumi yang kering kerontang. Memerihkan luka para pemuran durja. Menyamarkan duka dan lara.
"Shikamaru, hujan ayo kita pergi!" ujarku seraya bangkit dan bersiap untuk lari mencari tempat teduh untuk berlindung. Tanganmu menahanku untuk tidak pergi.
"Jika hujan ini akan berakhir dan kegelapan akan tergantikan oleh cahaya. Temari, mau kah kamu menjadi cahaya untuk kehidupanku?" tanyamu lembut seraya menatap lekat kedua mataku. Aku terkejut, hati tersentak dan seolah berhenti berdetak.
"Apa maksudmu?" tanyaku ragu.
"Temari, jangan pergi dari hidupku!" katamu tegas yang juga tampak dari tatapan matamu yang dibasahi oleh hujan. Aku terkejut.
"Jadilah cahaya hidupku," ujarmu seraya menarik tubuhku dalam pelukanmu dengan erat. Aku membalas pelukan itu untuk menguatkan bahwa aku akan selalu berada disisinya, menjadi cahaya dalam hidupnya karena aku adalah istrinya.
Balada Hujan: Hujan Tak Usah Berhenti!
Rinai hujan tengah berdendang memenuhi ruang yang disebut
bumi. Aku tertahan di sebuah café yang menyediakan kopi, teh, coklat dan
berbagai jenis kue. Aku bekerja disini. Orang biasa nya datang untuk sekedar
mengobrol sambil menyeruput secangkir kopi panas ditemani sepotong kue, tapi
tidak dengan kamu yang hanya terbiasa duduk di bangku taman sebrang café ini
untuk melukis. Seringkali aku memergokimu melukis sebua danau yang tenang
padahal kamu melukisnya di Jantung kota yang ramai atau melukis hutan dengan
guguran daun-daun di musim gugur yang berwarna jingga padahal kamu melukisnya
di musim dingin yang putih. Aku selalu memperhatikanmu dari kejauhan sambil
melayani pelanggan. Kamu unik dengan wajahmu yang tanpa ekspresi meski sedang
melukis.
Kali ini aku tak melihatmu di taman kota seberang café tempatku
bekerja. Kamu tengah duduk di sofa di Sudut ruangan café ini. Kini kamu tengah
melihat rintik hujan yang deras menumbuk jalanan beraspal. Sudah satu jam kamu
duduk di sudut ruangan bersama secangkir capucinno
dan red velvet yang tak juga kamu
sentuh. Perhatianmu sepenuhnya tertuju pada jalanan yang becek dan berpola
karena tetesan hujan yang menumbuknya. Aku ingin tahu apa yang kau pikirkan
dengan mencoba membaca ekspresi wajahmu. Ah, tentu saja sulit karena wajahmu
seperti biasa tanpa ekspresi.
Aku yang tak bisa sabar lagi untuk melihat apa yang akan kau
lakukan dengan kopi dan kue yang kuyakin sudah sama dengan suhu ruangan
memberanikan diri untuk menyapa yang jelas taka da dalam SOP pelayanan. Aku
melakukannya untuk kepuasan tersendiri karena sejak lama hatiku terus bergetar
saat memperhatikanmu dari kejauhan.
Hingga punggungnya tak bisa lagi ditangkap oleh mataku aku tak melihat gambar yang ia buat. Setelah punggung itu berlalu kualihkan mataku menuju kertas yang berisi gambarnya.
Seketika aku lari menyusul orang yang baru saja pergi meninggalkan cafe. Aku berusaha mengejarnya, tapi semuanya sudah terlambat aku tak bisa menemukannya. Seketika air mataku mengalir menangisi kepergiannya.
"Harusnya hujan tak usah berhenti hingga ia menahanmu untuk tak pergi meninggalkanku dan aku bisa menyeduhkan bercangkir-cangkir kopi untuk menemanimu" ujarku lemah sambil menangis.
Kertas yang ia berikan untukku berisikan sebuah gambar wanita yang tengah duduk di sebuah sofa di sudut ruangan cafe dan memandang ke seberang cafe tepatnya taman kota pandangannya begitu bahagia dan menunjukan rasa suka. Aku sadar itu aku. Di balik kertas yang berisikan gambar terdapat tulisan.
'Terimakasih atas perhatianmu dengan pandangan bernina-binar itu. Aku merasa terharu. Maaf kini aku akan hilang dari pandanganmu mungkin sofa yang kurasakan hangat ini akan terasa dingin karena tak ada yang sengaja duduk hanya untuk memperhatikan pria berambut hitam berwajah pucat tanpa ekspresi sedang melukis sesuatu. Selamat tinggal'
Selasa, 22 Oktober 2013
Celebration
22nd every month is always special. There is a celebration that must to celebrate. A Simple celebration. only with a bowl of instant noodle and an orange juice. No cake, no soft drink, no music, no extravagant party. Only with a bowl of instant noodle 22nd day every month will be impressive. Why?
Since two month before I am determined to bringing down consume instant noodle. Only once in a month. So, 22nd every month is always so special.
I have to keep my body healthy especially cervix for my future children sake.
Senin, 21 Oktober 2013
Naruto Fanfiction: Grow A Day Older
Disclaimer: Masashi Kisimoto
Song by Dee Lestari
See the sunrise
Know it's time for us to pack up all the past
And find what truly lasts
If everything has been written down, so why worry, we say
It's you and me with a little left of sanity
If life is ever changing, so why worry, we say
It's still you and I with silly smile as we wave goodbye
And how will it be? Sometimes we just can't see
A neighbor, a lover, a joker
Or a friend you can count on forever?
How tragic, how happy, how sorry?
For all we know we've come this far not knowing one
So, would it be nice to sit back in silence?
Despite all the wisdom and the fantasies
Having you close to my heart as I say a little grace
I'm thankful for this moment cause
I know that you
Grow a day older and see how this sentimental fool can be
When she tires to write a birthday song
When she thinks so hard to make your day
When she's getting lost in all her thoughts
When she waits a whole day to say
I'm thankful for this moment cause I know that I
Grow a day older and see how this sentimental fool can be
When he ache his arms to hold me tight
When he picks up lines to make me laugh
Whan he's getting lost in all his calls
When we can't wait to say: I love you
If everything has been written down, so why worry, we say
It's you and me with a little left of sanity
Song by Dee Lestari
See the sunrise
Know it's time for us to pack up all the past
And find what truly lasts
If everything has been written down, so why worry, we say
It's you and me with a little left of sanity
If life is ever changing, so why worry, we say
It's still you and I with silly smile as we wave goodbye
And how will it be? Sometimes we just can't see
A neighbor, a lover, a joker
Or a friend you can count on forever?
How tragic, how happy, how sorry?
For all we know we've come this far not knowing one
So, would it be nice to sit back in silence?
Despite all the wisdom and the fantasies
Having you close to my heart as I say a little grace
I'm thankful for this moment cause
I know that you
Grow a day older and see how this sentimental fool can be
When she tires to write a birthday song
When she thinks so hard to make your day
When she's getting lost in all her thoughts
When she waits a whole day to say
I'm thankful for this moment cause I know that I
Grow a day older and see how this sentimental fool can be
When he ache his arms to hold me tight
When he picks up lines to make me laugh
Whan he's getting lost in all his calls
When we can't wait to say: I love you
If everything has been written down, so why worry, we say
It's you and me with a little left of sanity
Sinar mentari perlahan muncul dan menyelusup celah-celah yang sempit. Sinar mentari yang masuk lewat celah sempit berhasil menyilaukan mata seorang gadis yang tengah tertidur lelap. Perlahan matanya membuka dan ia menggeliat di atas Kasurnya. Turun dari kasur empuknya gadis itu membuka gorden yang menghalangi sinar matahari masuk ke kamarnya. Ia menyipitkan mata untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang menyilaukan matanya. Gadis itu kemudian membasuh mukanya untuk menyegarkan wajahnya. Ia beranjak menuju dapur dan membuat secangkir cokelat panas. Kemudian ia duduk di beranda apartemennya. Beginilah ritual pagi harinya, tapi hari ini sedikit berbeda. Ada sedikit perih yang dirasakannya seketika melihat apartemen di seberang apartemennya yang masih tertutup. Itu adalah kamar apartemen lelaki itu. Ini adalah detik-detik terakhirnya untuk tetap berada di Konoha setelah lima bulan menetap di Konoha untuk membantu misi pengembangan kantor cabang Konoha. Kantor pusat perusahaannya di Suna sangat membutuhkan skillnya untuk meningkatkan pendapatan. Sepekan yang lalu ia sudah menerima kabar mengenai pengangkatan jabatan dirinya sebagai Direktur Keuangan. Namanya adalah Sabaku Temari.
Setiap tegukan cokelat yang diminumnya pagi ini membuatnya teringat pada malam yang menyenangkan itu. Saat di Kedai Kopi di pusat kota. Itu adalah malam yang panjang nan menyenangkan. Sejak ia mengenalnya di hari pertama ia adalah kepala kantor cabang Konoha yang diangkat jabatannya dari Manager Produksi di Kantor cabang Oto. Namanya Shikamaru Nara. Selepas pulang kerja selama sebulan ini mereka sering menghabiskan malam dengan menikmati secangkir kopi dan sepotong kue. Awalnya mereka hanya menikmati kopi sendiri saja, tapi ketika mereka tak sengaja berjumpa di Kedai kopi yang sama mereka jadi menghabiskan waktu bersama sejak sebulan terakhir.
Shikamaru Nara adalah lelaki yang tak banyak bicara ia tipe orang yang berbicara kala dibutuhkan dan kata-katanya begitu bermakna. Malam itu ia berbicara cukup banyak hingga membuat Temari sedikit berkata-kata.
"Kita seharusnya menikmati malam-malam semacam ini sejak kamu datang lima bulan yang lalu bukan sebulan terakhir ini," ujar Shikamaru sembari memegang cangkir kopinya untuk menghangatkan tangan.
"Kenapa?" tanya Temari sambil terus menatap lekat wajah Shikamaru.
"setidaknya aku jadi tidak bosan menghabiskan Americano ini hanya dengan menatap lalu lalang orang atau jalanan basah karena rintik hujan," jawab Shikamaru.
"Ah, tapi sejujurnya aku tak menyukai terlalu menyukai kopi. Tapi, karena sebulan yang lalu kudengar disini menyediakan cokelat panas aku jadi selalu datang kemari. biasanya aku membuat sendiri di Apartemenku," ujar Temari.
"Ah, kau sangat menyukai cokelat ya dan juga cheese cake. Kau tahu makna yang terkandung dari cokelat?" tanya Shikamaru.
"Apa?"
"Cokelat itu pahit juga manis. Kita selalu menikmatinya dengan kedua rasa itu. Kupikir ia tak enak jika hanya pahit saja atau manis saja," jelas Shikamaru.
"ah benar. aku tak suka jika terlalu manis atau terlalu pahit aku suka kedua rasa itu ada dalam secangkir cokelat panasku." ujar Temari.
"Benar itu seperti hidupmu. Dalam hidup kita selalu menikmati pahit dan manis. tidak selalu pahit atau manis," ujar Shikamaru.
"ah, kau benar. darimana kau dapatkan hal itu?" tanya Temari.
"setelah aku mencoba secangkir cokelat panas karena penasaran mengapa kamu hanya memesan cokelat saja jika kita menghabiskan malam disini," jawab Shikamaru.
Temari yang mendengar jawaban Shikamaru tertegun karena baru kali ini ada yang sedemikian memperhatikan kebiasaannya bahkan mencoba tuk merasakannya juga dan itu datang dari pria yang tampak pemalas.
"Kau tak perlu khawatir tentang hidup ini. Semua sudah tertulis yang diberi nama takdir. Hidup juga bisa berubah jadi kita tak perlu khawatir." Entah mengapa Temari menemukan sesosok pria yang bijaksana dan mengagumkan dalam diri Shikamaru yang selalu tampak malas saat bekerja.
Sosoknya itu membuat Temari semakin menyukai Shikamaru. Ia sebenarnya mulai menyukai Shikamaru sejak mereka mulai sering mengobrol. Ia menemukan sesosok yang mau menerima segala curahan hatinya baik suka dan duka. Meski seringkali Shikamaru hanya mengatakan 'merepotkan' untuk memberi tanggapan, tapi entah kenapa itu juga membuat Temari jatuh cinta pada Shikamaru.
Mereka terus mengobrol. Sesekali ada tawa, tapi sesekali juga ada air mata. Semua cerita tertumpahkan malam itu. Mungkin Temari pikir ini adalah malam terakhir yang dinikmatinya bersama Shikamaru.
"Dua hari lagi aku ulang tahun, tapi aku harus pergi ke Kiri untuk urusan bisnis. Kuharap aku bisa merayakannya denganmu. Besok aku akan berangkat dan pulang kembali tiga hari kemudian," ujar Shikamaru.
Sebenarnya dua hari lagi juga adalah jadwal kepulangannya ke Suna. Temari enggan memberitahu. ia hanya tak ingin ada perpisahan. Ia memaksa diri untuk terus bungkam.
"Yah sayang sekali mungkin lain waktu kita bisa merayakannya bersama," ujar Temari sembari memasukan potongan terakhir cheese cake ke dalam mulutnya.
"ah ya. senang sekali ada kamu disini. Entahlah akan seperti apa hariku sekembalinya kamu ke Suna. Kapan kamu akan kembali ke Suna," ujar Shikamaru yang terus memperhatikan wajah Temari yang sedang menatap ke luar jendela.
"Aku tak mau memberitahumu. Aku benci salam perpisahan," ujar Temari sambil terus menatap jalanan di Luar Jendela. Sejujurnya Ia tak tahan untuk mengutarakan perasaannya. Ia hanya terlalu takut hingga ia terus menahannya.
"Ah, sudah malam. ayo kita pulang. Aku harus berkemas," ajak Shikamaru.
Mereka beranjak meninggalkan kedai kopi setelah membayar. Mereka berjalan beriringan menuju apartemen mereka.
"Aku ingin kita terus menjadi tetangga selamanya," Ujar Temari sebelum masuk berpisah dengan Shikamaru.
"Iya aku juga. Aku harap kamu adalah tetanggaku selamanya," Ujar Shikamaru sambil menarik tubuh Temari dan memeluknya. "Aku akan merindukanmu juga cokelat panasmu," tambahnya.
Seketika wajah Temari panas dan merona. Ia tak menyangka Shikamaru akan memeluknya. "Sejujurnya aku tak ingin hanya menjadi tetanggamu. Aku ingin memilikimu," batin Temari.
Temari langsung menjatuhkan diri di atas Kasur dan menangis. Menangisi ketidakberaniannya untuk jujur pada Shikamaru.
Temari kini hanya bisa menatap lurus ke arah aparmetemen Shikamaru dengan penuh penyesalan.
"Aku tak ingin menyesal terus menerus dengan tidak mengatakan semua ini!"
Temari beranjak dari berandanya dan mengambil sebuah gitar. Ia akan membuat sebuah lagu untuk ulangtahun Shikamaru. Ia berpikir keras untuk menulis sebuah lagu agar lagu itu sangat berkesan. Ribuan detik sudah dilewati oleh Temari hingga matahari sudah hampir tenggelam ia baru menyelesaikan sebuah lagu yang kini ia tulis surat untuk mendampingi lagu itu.
Surat yang ditulisnya sangat panjang itu ia susun untuk menggambarkan betapa ia sangat mencintainya. Ia tak ingin menyesali jika perasaanya tak pernah ia ungkapkan.
xoxoxoxoxo
Akhirnya hari keberangkatan Temari menuju Suna datang juga. Setelah ia selesai memasukan koper-kopernya ke dalam bagasi taksi ia sempatkan masuk lobi apartemen Shikamaru dan meletakkan surat Shikamaru di kotak penyimpanan surat milik Shikamaru. Setelah menyimpan suratnya ia bergegas lari ke dalam Taksi. Air matanya tak bisa lagi ia tahan. Ia menangis sepanjang perjalanan menuju bandara.
xoxoxoxo
Sudah hampir tiga bulan sejak kepulangan Temari ke Suna dan bekerja di Kantor pusat. Tak ada lagi malam-malam di Kedai kopi dengan Shikamaru. Setiap malam hanya diisi dengan tangisan penyesalan campur kerinduan pada lelaki berambut nanas itu. Hidupnya tak lagi sama. Hari-harinya diisi dengan tidak semangat.
Siang itu, Itachi selaku Presiden Direktur perusahaan tempat Temari bekerja memanggil Temari ke ruangannya. Saat sampai di ruangan sang Presdir, ia merasakan aura bahwa kerinduannya akan terbayarkan. Ia merasakan kehadiran seseorang yang ia kenal.
Belum sempat ia memberi salam kepada Itachi, tiba-tiba saja seseorang mendekapnya dengan erat.
"I Love You. Aku sangat merindukanmu," ujar Shikamaru sambil memeluk erat Temari. Temari hanya terdiam mematung.
"Mengapa kamu hanya memberikan surat ini hanya untuk memberitahukan perasaanmu?!"
"Aku sangat menyukai lagunya. Terimakasih. Sebelumnya tak pernah ada yang memberikan aku sebuah lagu. Aku sangat tersanjung."
Mereka terus berdiri sambil berpelukan hingga Itachi berdehem dan mengingatkan mereka. Akhirnya Shikamaru melepaskan pelukannya.
"Maukah kamu menikah denganku?" tanya Shikamaru lembut.
Temari kaget dengan pertanyaan Shikamaru. Ia tak menyangka Shikamaru akan melamarnya juga. Temari hanya mengangguk memberi jawaban sambil tersenyum. Shikamaru memeluknya lagi lebih erat.
If everything has been written down, so why worry, we say
It's you and me with a little left of sanity
It's you and me with a little left of sanity
My Dream: Private Library, and Bookstore
I love reading very much. I always buy book, magazine, newspaper every month. This Hobby is started when I was in elementary school. In elementary school I like reading comic, manga. I always save my money to buy a new manga or comic every month. In Junior high school I started like read novel so every month not only buy comic sometimes i buy a novel. This hobby continue till now but not only comic or novel I buy nonfiction also.
This Hobby make me have a dream. My dream is I have a private library, bookstore, and print shop. Why I have that dream? Private Library. I read an article about book and civilization. The article tell me that when Islamic Civilization, every caliphate build a library and collect so many books. Caliphate Al-Hakim Collect 1.600.000 books, Fatimid Dynasty collect 600.000 books and 2.400 Al-Qur'an, caliphate Al-Hakim Cordoba collect 600.000 books. Not only public library, there is private library that collect 10.000 books. That is As-Sahib's. This is show me that a civilization is build by knowledge. So, i want to contribute in building of Islamic Civilization so I want to build knowledge tradition in my self with read more book and collect the book. So, I have to build a private library.
Bookstore. I have a mission to increase the reading interest of Indonesian People. I will start from my own family. But i want to all Indonesian people interest to read a book so, I want to have a bookstore that gather with cafe so people who want to buy a book can enjoy the book at the same time enjoy the food or drink. So, they will interest to read book.
That's one of my dream. I’d like to make myself believe that I can reach Them!
Rabu, 16 Oktober 2013
Fanfiction Naruto: Perempuan Terluka
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Cerita diduplikasi dari kisah Chaudharani Kaniz pada Novel
Perempuan Terluka dengan banyak improvisasi.
Cast: Shikamaru, Temari, naruto, Kankurou
Rated: T
“Aku takkan menikahi
siapapun lagi dan tidak akan tidur dengan siapapun!”
Penolakan dengan keangkuhan itu
masih terus terngiang di telinga Shikamaru setelah memberanikan diri meminang
Temari, seorang janda sahabatnya Sasuke. Amarahnya sudah naik sampai ubun-ubun.
Ia tak bisa memaafkan Temari dengan lancang mengatakan hal tersebut. Dalam
marahnya ia mengingat bagaimana pertama kali ia melihat Temari dan jatuh cinta
dalam pandangan pertama.
Saat itu, Naruto baru saja
melangsungkan pernikahan dengan Temari. Naruto dan Temari melangsungkannya di
Tempat Temari Tinggal, Sunagakure. Hari ini adalah hari dimana Naruto membawa
Temari ke Konohagakure. Shikamaru yang tidak sempat hadir dalam pernikahan
mereka karena sebuah misi baru melihat Temari hari itu.
Temari turun dari mobil Subaru
yang membawa mereka dari Sunagakure menuju Konohagakure. Ia turun dengan anggun
mengenakan pakaian musim gugur yang lembut. Matanya yang hijau berkilau bak
permata yang berharga. Ia tersenyum lembut kepada setiap orang yang
menyambutnya. Saat itu jantung Shikamaru berdetak lebih kencang dengan irama
tak karuan. Ia sulit mengendalikan dirinya rasanya ingin sekali menarik tangan
Temari dan mendekapnya.
Saat Naruto mengenalkan istrinya
secara resmi kepada sahabat-sahabat lelakinya di Konohagakure, Temari sangat
menjaga sikap dan wibawanya ia hanya memberi senyuman anggun dan balasan salam
dengan sopan. Terutama pada para lelaki, ia tak menunjukan sikap tertarik untuk
menjalin persahabatan sebaik suaminya. Tapi, semua sikap itu membuat Shikamaru
terpikat dan penasaran.
Pernah suatu hari saat Shikamaru
ada urusan dengan Naruto dan mendatangi kediamannya, tetapi ternyata Naruto
sedang tidak ada di rumah dan hanya ada Temari yang menerimanya. Bukannya
menerima sambutan yang sopan melainkan ia diberi sambutan yang kasar. Temari
langsung menutup pintu tanpa basa-basi setelah mengatakan Naruto tidak ada.
Shikamaru tidak terima dengan sikap yang tidak ramah dan tak sopan dari istri
sahabatnya itu.
Setahun setelah pernikahan mereka
yang telah dikaruniai anak lelaki yang tampan. Shikamaru sedang mengadakan
sebuah acara di rumahnya yang dihadiri hampir seluruh desa Konoha termasuk juga
Naruto dan istrinya. Temari menggendong anak lelakinya ditengah kerumunan
perempuan. Jelas sekali ia terlihat menghindari kerumunan kaum lelaki dan juga
membuat batas dengan perempuan. Ia hanya tertarik pada dunianya sendiri dan
anaknya.
Shikamaru terpana melihat Temari
tersenyum lembut dan bahagia yang diberikannya pada anaknya saja. Ia asik
sekali memperhatikan istri sahabatnya itu dari kejauhan. Menyejukan. Rasanya
ingin berlari menghampiri mereka dan mendekap erat tubuh mereka dengan erat. Ia
merasa cemburu dengan sahabatnya telah memiliki keluarga yang hangat, pikirnya.
Ia yang terus melihat dan memperhatikan wajah Temari sampai akhirnya raut muka
Temari berubah ketika seseorang masuk ke Rumah keluarga Nara. Wajahnya berubah
menjadi kalut dan ia erat mendekap anak lelaki kesayangannya itu dengan sikap
ketakutan luar biasa. Hal itu ia lakukan setelah melihat ke arah tetamu yang
baru hadir. Diantara tetamu yang hadir ada seorang lelaki paruh baya yang
berjalan mendekat kea rah Temari. Yang didekati tampak bergetar ketakutan dan
seolah ingin berlari meninggalkan pesta. Melihat kondisi yang ramai lelaki itu
mengurungkan niat untuk menyapa Temari ia berbalik dan bergabung dengan
kumpulan laki-laki.
Temari mendekap anaknya erat dan
berbalik melarikan diri dari kerumunan masih dengan raut muka ketakutan.
Shikamaru yang melihat sikapnya langsung bergegas mengejarnya. Ternyata Temari
memasuki kamarnya. Tubuhnya bergetar hebat. Ia menangis terisak. Rasanya ingin
ia memeluknya dan menenangkan, melenyapkan ketakutannya, tapi mau bagaimana
etiket social berlaku disini. Ia bukan siapa-siapa Temari.
“Temari-san, mengapa ada disini?”
Tanyanya kemudian.
“Ah, maaf Shikamaru-san, bisakah
saya meminta tolong untuk memanggil salah satu pelayan kami dan menyiapkan
kepulanganku segera?” Minta Temari.
“aku yang akan mengantarkan
Temari-san”
Temari tampak kaget dengan usulan
dan tawaran dari Shikamaru. Tapi sepertinya tak ada pilihan lain untuk Temari.
Akhirnya ia mengangguk menerima tawaran Shikamaru untuk mengantarnya. Shikamaru
mempersilakan Temari untuk menaiki mobil Porsche kesayanganya di bangku
belakang. Ia mengendarai mobil dan mengantarkan Temari hingga depan rumah. Saat
Temari turun dan belum beranjak masuk ke dalam rumah SHikamaru tidak tahan
untuk bertanya
“Siapa dia?”
Sontak Temari kaget dengan
pertanyaan Shikmaru. Ia menjadi gugup dan takut. Tidak. Ia tidak boleh lemah.
“Shikamaru-san, maaf bisakah kau
sampaikan pada Naruto aku pulang lebih dulu karena anak lelaki kami sedang
rewel?”
Shikamaru mendapatkan balasan
yang tak ia harapkan. Kalimat yang disampaikan Temari sudah menunjukan bahwa
Temari ingin ia meninggalkannya.
“Baik, Temari-san akan
kusampaikan pesannya pada Naruto. Saya pamit terlebih dahulu.” Shikamaru
kemudian pergi dengan Porsche kesayangannya diliputi perasaan yang tak jelas.
Berbagai pertanyaan. Mengapa ia bereaksi seperti itu? Siapa pria yang
membuatnya bereaksi seperti itu? Kesal karena tak menemukan jawaban lantas ia
memukul stir kemudi Porsche nya.
***
Kabar kematian Naruto menyebar
diseluruh sudut desa Konoha. Shikamaru yang mendengar berita ini tak mampu
mengartikan perasaannya. Sedih karena ia ditinggalkan sahabat dekatnya, tapi ia
tak memungkiri perasaan bahagia karena artinya Temari tak lagi terikat dengan
siapapun. Naruto baru menikah dengan Temari lima tahun yang lalu. Usia Temari
kini baru 24 tahun sama dengan dirinya.
Shikamaru menghadiri pemakaman
Naruto. Ia mengenakan kemeja putih dan rompi hitam dilengkapi dengan celana
jeans hitam dan sepatu kulit. Penampilannya pasti membuat para wanita akan
meleleh melihatnya. Ia mengendarai Nissan skyline GTR nya yang menambah poin
kegantengannya. Sesampainya di pemakaman ia melihat Temari yang tengah
menggendong anaknya yang ditemani oleh kedua adik lelakinya, Gaara dan
Kankurou. Temari hanya mengenakan yukata hitam. Raut mukanya menampakan
kesedihan. Dalam keadaan seperti ini di mata Shikamaru, Temari terlihat begitu mengesankan
dengan pandangan sedihnya.
Ah, ia sangat tidak sopan dengan
memberikan pujian bahkan hanya dalam hatinya kepada istri sahabatnya yang
sedang dimakamkan. Ia kembali berkonsentrasi dengan pemakaman Naruto. Selepas
acara pemakaman selesai ia ingin sekali menghampiri Temari dan memberikan
beberapa kalimat empati atas kematian Naruto juga kalimat mendukung agar ia tak
terjebak dalam kesedihan terlalu lama.
“Temari-san, Saya ikut berduka
cita atas kematian suami sekaligus sahabat saya. Semoga kejadian ini tidak
membuat kita terjebak dalam kesedihan terlalu lama.”
“Terimakasih, Shikamaru-sama”
Balas Temari tanpa senyum sedikitpun menghiasi wajahnya.
Argghhh rasanya Shikamaru ingin
mendekap tubuh itu dan membuatnya merasa lebih ringan karena kematian suaminya
itu. Tapi apa daya ia bukan siapa-siapa Temari. Shikamaru melewati beberapa
kerumunan para wanita yang ternyata sedang menggosipkan kelanjutan hidup
Temari, seorang janda dari kepala desa mereka yang baru saja meninggal.
Aku akan datang setelah semuanya
dalam kondisi normal dan meminangnya. Ini adalah satu-satunya kesempatan yang
harus ia manfaatkan dengan baik.
***
Sudah enam bulan sejak kematian
sahabatnya. Desakan hatinya untuk segera mengutarakan niatnya meminang Temari
tak bisa ia bendung lagi. Tanpa pikir panjang lagi pagi itu ia segera
mengendarai Nissan Skyline GTRnya menuju tempat Temari tinggal. Dengan
penampilan khasnya yang maskulin ia turun dari mobil pemberian ayahnya itu dan
segera melangkah menuju rumah Temari.
Diketuknya pintu kayu yang kokoh
itu. Pintu itu terbuka dan yang membukakan adalah Kankurou adik Temari yang
sedang berkunjung. Ia melangkahkan kakinya dan duduk di ruang tamu yang megah
itu. Temari datang dengan menggunakan blus sederhana berwarna peach yang
dipadukan dengan rok berwarna sepadan dengan blusnya. Untuk Shikamaru entah
keberapakalinya ia terpesona dengan cara Temari dalam fashion.
“Ada yang bisa saya bantu
Shikamaru-san?”
“ya sebelumnya bagaimana kabar
anda Temari-san?” Shikamaru basa basi
“Ya saya baik juga dengan anggota
keluarga yang lain.”
“Syukurlah jika begitu. Hmmm
maksud kedatangan saya kemari adalah untuk meminang anda Temari-san”
Mendengar gagasan yang
diungkapkan oleh Shikamaru membuatnya kaget luar biasa. Amarahnya Nampak jelas
di wajah cantiknya. Tak sempat menahan emosinya, Temari menjawab gagasan yang
diungkpakan Shikamaru.
“Lancang sekali anda ini! Satu
hal yang perlu kuberitahukan soal gagasanmu tentang menikahiku! Takkan ada lagi
pernikahan untukku! Aku takkan menikahi siapapun lagi dan tidak akan tidur
dengan siapapun! Sekarang pergilah dari rumahku dan jangan berikan aku ide gila
itu!” Temari sudah menjawab gagasan Shikamaru dengan sikap kasar dan
mengusirnya. Sikapnya ini membuatnya marah dan ia tak rela harga dirinya
diinjak-injak oleh Temari dengan sikap kasarnya itu.
Ia melangkah dengan kesal menuju
mobilnya dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kediaman Nara.
Sesampainya di kediaman Nara ia yang melihat ibunya tengah menonton TV langsung
memberitahukan pembatalan rencana yang sudah diutarakan kepada ibunya. Rencana
itu jelas ditolak mentah-mentah oleh ibunya.
“Kau tak perlu khawatir dengan
aku yang akan membawa seorang janda ke Rumah ini. Perempuan angkuh itu takkan
menjadi istriku. Sekarang carikan saja aku gadis muda yang cocok denganku!”
“wah, baiklah dalam pekan ini kau
akan ibu kenalkan pada gadis yang cocok menjadi pendampingmu, nak.”
***
Temari POV
“dia sudah gila dengan mengajakku
menikah. Dia bisa mendapatkan gadis-gadis yang lebih cantik dari aku mengapa
juga ia memintaku untuk menjadi pendampingnya?” batin Temari selepas kepergian
Shikamaru.
“Kemana perginya Shikamaru-san
kak?” Kankurou baru saja turun dari kamarnya untuk menemani Shikamaru dan
Temari, tapi ia hanya melihat kakaknya yang wajahnya sudah berwarna merah.
“aku baru saja megusir pria gila
itu”
“hah? Apa maksud kakak dengan
mengusir dan mengatakannya pria gila?”
“aku tak percaya jika ia
meminangku dan memintaku menjadi istrinya”
“hah? Apa salahnya dengan
permintaanya itu kak?”
“adik, kau harus tau aku tak mungkin
menikahinya!” Temari geram dengan pertanyaan yang mendesaknya itu.
“Apa masalahnya hingga ia tak
mungkin menikahimu kak? Kau lajang, ia juga lajang dan kalian masih muda”
“Tak mungkin Kankurou! Aku bukan
wanita yang layak untuk menikahinya!”
“Kenapa?”
“Aku sudah tak suci lagi. Aku
pernah diperkosa!”
“Hah” Kankurou kaget mendengar
apa yang baru saja diucapkan oleh kakaknya itu. Temari mulai terisak
“Bagaimana ceritanya kak? Koq aku
tak tahu?” Kankurou berkata lembut dan mengelus kepala Temari yang terunduk
sambil terisak.
“Saat itu aku masih sangat muda.
16 tahun. Ketika perayaan ulang tahun ayah. Ia datang bersama kerabatnya.
Ketika semua orang bergembira dengan suasana pesta yang ada. Aku sedikit merasa
tak enak badan dan kembali ke kamar untuk tidur. Tiba-tiba saja lelaki itu
datang dan menistakan diriku dengan merenggut kehormatanku. Aku tak bisa lari
dari kuperkasaannya. Sejak saat itu aku tak lagi merasa diriku berharga meski
aku anak sulung Kazekage sekalipun. Bahkan sudah kucoba mandi ribuan kali tapi
itu membuat noda ditubuhku hilang. Yang paling menyakitkan saat aku memberi
tahu hal ini pada Naruto setelah malam pertama kami. Ia tak pernah mau
menyentuhku lagi. Tahukah kau bahwa Toti adalah hasil dari satu-satunya
hubungan badanku dengan Naruto.” Temari terus terisak sambil menceritakannya.
“oh malangnya nasib kakakku”
Kankurou tak lagi mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Ia memeluk erta
Temari untuk membuatnya nyaman.
“maka dari itu Kankurou aku tak
layak untuk pria manapun lagi. Aku takkan menikah dan tidur dengan siapapun
lagi!”
***
Puluhan tahun telah berlalu. Kini
Shikamaru yang sudah memiliki dua putri dan istrinya, Ino baru saja
meninggalkan Shikamaru dan kedua putrinya untuk selama-lamanya. Shikamaru telah
menjadi seorang duda diusianya yang ke 50 Tahun.
Undangan pernikahan Tori, buah
hati Temari dan Naruto yang akan dilangsungkan besok sudah diterimanya beberapa
hari yang lalu. Ia harus menghadiri pernikahan ini karena Tori adalah rekan
bisnisnya sejauh ini. Disamping itu ia merindukan sosok ibunya yang ia benci
sekaligus ia cintai. Hatinya berdesir dan gagasan untuk meminang Temari muncul
kembali setelah ia berusaha untuk enyahkan selama 30 tahun terakhir ini.
“ayah, kenapa melamun saja?”
Tiba-tiba putri pertamanya yang baru berusia 20 Tahun itu memasuki kamarnya dan
mengagetkannya.
“hnn”
“Hmm apakah ayah akan menghadiri
pesta pernikahan Tori Nii-san besok?” Tanya Hana sambil mengambil undangan yang
tersimpan di atas meja.
“ya, apakah kamu mau ikut?”
“Jika ayah berkenan”
“Ikutlah bersama ayah dan akan
ayah kenalkan kau dengan seseorang.”
“Baiklah ayah” Hana meninggalkan
ayahnya yang tenggelam dalam lamunannya kembali.
***
Shikamaru datang ke pernikahan
Tori bersama anak perempuannya. Sambil menyetir ia menggoda anaknya
“kapan aku bisa mengadakan pesta
macam ini untuk anakku ya?” Yang digoda hanya tersipu malu sambil memukul
ayahnya.
“ayah aku masih muda.” Ayahnya
tertawa mendengar ucapan putrinya.
“ayah mengapa ayah berpenampilan
keren seperti ini? Apakah Tori Nii-san sangat berarti buat ayah?”
Yang ditanya terdiam beberapa
saat karena pertanyaan putrinya. Shikamaru yang keren dengan mengenakan kemeja
putih yang ditutup dengan rompi rajutan berwarna abu dengan strip merah di
kerah dan jas yang semiformal berwarna abu-abu. Ia sengaja berpenampilan keren
untuk menambah poin plus saat bertemu kembali dengan Temari.
“ah ya. Aku tak ingin tampak
terlalu tua. hehehe” canda Shikamaru.
“apakah ayah ingin menggoda
seseorang dengan penampilan ayah?” Tanya Hana menyelidik.
“ah Hana jangan terlalu jauh membayangkan.”
Yang ditanya gugup bukan main.
Hana tau ayahnya punya rencana
lain dibalik kedatangannya menghadiri pernikahan ini. Ibunya pernah bercerita
bahwa ayahnya yang tampan ini memiliki wanita idaman lain, tapi ia ditampik
berkali-kali dengan sangat kasar. “apakah wanita itu akan hadir di Pernikahan
ini?” batinnya.
Mobil yang dikendarai oleh
Shikamaru akhirnya sampai di pelataran parker gedung tempat acara
diselenggarakan. Mereka berdua turun dan berjalan menuju ruang utama. Semua
mengenali kedatangan sang Presdir Nara Group yang dating bersama anaknya.
Mereka menyapa dan menyalami kedua orang yang menarik perhatian itu.
Shikamaru yang secara formal
membalas sapa dan salam dari para tetamu itu matanya tetap mencari yang
dicarinya, Temari. Bola matanya berputar ke sekeliling ruangan dan ia belum
mendapati yang ciarinya itu. Ia segera menyelesaikan salam dan sapa dan segera
beranjak menuju pengantin menerima ucapan selamat.
“Selamat Tori. Akhirnya kau
menikah juga ya. hahaha”
“Terima Kasih, Shikamaru ji-san.
Kalau bukan karena kegigihanku. hahaha”
“ah ya kenalkan ini putriku,
Hana.”
“Selamat atas pernikahannya Tori
Nii-san.”
“Terimakasih Hana. Semoga kau
segera menyusul ya. Sebaiknya di momen ini kau berbaur dengan para pemuda untuk
menemukan jodohmu.”
“Hahaha. Tori kau ini bisa saja
ya. Nah, aku tak melihat Temari-san. Dimana dia?”
“ibu, sedang ke toilet. Ia gugup
dengan pernikahan ini.”
“Baiklah aku akan berkeliling
dulu.” Shikamaru kemudian melangkah untuk menikmati beberapa hidangan dan
berbincang dengan temannya.
“Hana. Silakan jika kau ingin
bergabung dengan kawan seusiamu.”
Hana meninggalkan ayahnya yang
sudah bergabung dengan para sahabatnya. Ia penasaran dengan sosok wanita yang
diceritakan ibunya itu sebelum meninggal. Meski tetap bergabung dengan yang
lain untuk berbincang ia tetap mengawasi keadaan sekitarnya.
MC kemudian memanggil nama
Shikamaru dan Hana untuk melakukan sesi foto bersama. Hal ini terjadi atas
permintaan Tori-kun. Memang karena Shikamaru adalah rekan, guru, dan juga
kadang menjadi ayah sangat berharga bagi Tori.
Ketika Shikamaru menaiki
panggung. Seseorang yang langsung disadari kedatangannya juga berjalan
mendekati panggung dan menaikinya. Temari. Ia masih sama cantiknya seperti dulu
meski beberapa perubahan karena penuaan yang tak terlalu Nampak pada wajahnya.
Mengenakan gaun ungu tua yang elegan menambah kecantikan yang dimilikinya.
Sesaat Shikamaru terpana dengan kehadiran seseorang yang selama 30 tahun
terakhir ini menjadi baying-bayang dalam kehidupan rumah tangganya.
Hana yang melihat reaksi ayahnya
itu tersadar dengan kehadiran seseorang. Ia pun mencari siapakah gerangan yang
membuat ayahnya berlaku demikian. Ia melihat ke arah Temari. Hana yang baru
pertama kali melihatnya merasakan aura kecantikan yang berbeda dari para wanita
pada umumnya. Keanggunan dan kecantikannya bersatu, tapi ia tak melihat senyum
menyimpul di wajahnya padahal ini adalah hari pernikahan putranya. “pantas ayah
tak bisa melepas bayang-bayangnya dan juga pantas Tori nii-san begitu tampan
dan memesona.”
Fotografer mengarahkan Shikamaru
untuk berdiri disamping Temari dan Hana berdiri di Samping Tori. Buat Shikamaru
ini adalah kesempatan. Ia berjalan mendekati Temari. Yang didekati bersikap
gugup dan kikuk. Sambil menunggu fotografer mengatur Shikamaru memanfaatkan
kesempatan ini.
“apa kabar Temari-san?”
“aku baik-baik saja”
“kau tak berubah ya tetap cantik
dan judes seperti biasa.”
“tak perlu menggodaku
Shikamaru-san. Aku tak membutuhkannya!” desis Temari yang sebal dengan tingkah
laku Shikamaru.
Sesi foto pengantin dan keluarga
Nara akhirnya berakhir juga. Shikamaru berniat untuk meninggalkan pesta segera.
“Temari-san, rasanya sudah lama
sekali tak jumpa. Perkenalkan ini anak perempuanku yang pertama, Nara Hana.”
Ucap Shikamaru sopan mengenalkan Hana pada Temari.
“Hana, beri salam pada
Temari-san.”
“Selamat atas pernikahan putra
anda Temari-san” Hana sopan memberi salam.
“Terimakasih. Kau cantik sekali.
Apakah mirip ibumu atau ayahmu?” Tanya Temari dingin tanpa senyuman.
“ah, orang banyak menyebutku sangat
mirip dengan ayahku.” Shikamaru merasa fisiknya dipuji secara tidak langsung
oleh wanita yang dibenci sekaligus dicintainya itu.
“ah, begitu tapi kalo mirip
ayahmu pastinya tidak akan secantik ini. Aku yakin kau mirip ibumu meski aku
tak pernah bertemu.” Hana merasakan kebencian atau apa dari Temari-san kepada
ayahnya. Diliriknya ayah yang tadi semula bangga sekarang menjadi tak karuan
ekspresinya.
“Temari-san, kami tak bisa
berlama-lama disini. Kami akan pamit pulang. Terimakasih atas jamuannya.”
Shikamaru pamit dan tersenyum manis kea rah Temari yang dibalas dengan seringai
hambar. Hana hanya menganggukan kepala dan tersenyum. Sebelum beranjak
Shikamaru juga pamit pada kedua mempelai. Mereka akhirnya meninggalkan pesta
yang merih itu meski sang ratu tetap tak tersenyum.
Di dalam mobil rasanya Hana tak
sabar untuk mencecar ayahnya denganberbagai pertanyaan. Ia menarik nafas
panjang dan memberanikan diri.
“ayah, mengapa ayah terlihat
bahagia saat bertemu dengan Temari-san? Apakah ia orang yang penting untuk
ayah?” yang ditanya kaget dan tak menyangka akan mendapat pertnyaan seperti
itu.
“hmmm, mengapa kamu begitu
penasaran?” Shikamaru berusaha tetap tenang dengan kemudinya.
“ya karena ayah tak pernah
bersikap seperti itu sebelumnya.”
“hmmm, ayah tak yakin kau akan
menerima jawaban ayah.”
“akan kuusahakan untuk mengerti
ayah.”
“sepertinya kau sudah dewasa
sekarang.”
“ya, makanya segera jawab
pertanyaanku.”
“akan kubuat kamu penasaran
Hana.” Shikamaru tersenyum lembut dan berhasil membuat Hana penasaran.
Hana merenggut sebal dengan
perlakuan ayahnya. Sekarang ia sangat penasaran dengan jawaban atas sikapnya
selama di Pernikahan Tori nii-san. Ia merencanakan penyelidikan.
Shikamaru kemudian tenggelam
dalam dunianya. Ia semakin terpesona oleh kecantikan Temari meski gurat-gurat
tua juga tampak dalam dirinya. Pertemuan tadi semakin menguatkan keinginanya
untuk melamar Temari kembali.
***
Temari POV
“argghhh menyebalkan sekali
lelaki tak tahu diri itu!” Temari mengungkapkan kekesalannya pada Kankurou yang
tengah beristirahat setelah seharian sibuk dalam pernikahan keponakannya.
“Siapa yang kau maksud nee-chan?”
“siapa lagi kalo bukan lelaki
gila itu!”
“hmmm maksudmu Shikamaru Nara?”
Tanya Kankurou memastikan.
“Iya. Beraninya ia bilang , ‘kau
tak berubah ya tetap cantik dan judes seperti biasa’”
“haha. Sepertinya ia belum
menyerah nee-chan. Mungkin jika ia melamarmu lagi jangan kau tolak
mentah-mentah. Sebaiknya kau pertimbangkan dulu.”
“Hah? Jangan sampai kau ikut gila
adik!” Temari yang kesal dengan reaksi adiknya itu bergegas meninggalkan
Kankurou dan mengistirahatkan dirinya di atas kasur yang empuk.
“mengapa ia tak menyerah juga?
Apakah ia akan tetap seperti itu ketika tahu kenyataan tentang dirinya?” batin
Temari yang akhirnya terlelap dalam tidur.
***
Temari sudah mendapatkan alamat rumah
Temari-san dari sekretaris pribadi ayahnya dengan menanyakan alamat rumah Tori.
Hari ini ia sedang libur kuliah dan memutuskan untuk berkunjung. Disiapkannya
sebuah red velvet cake yang dibuatnya sendiri sebagai hadiah kunjungan. Ia tak
mau dinilai tidak sopan jika tak membawa apa-apa. Hari ini ia akan menyelidiki
siapa sebenarnya Temari.
Hana bukan ingin menghalangi niat
ayahnya jika ingin menikah lagi tapi ia hanya ingin memastikan bahwa ayahnya
akan menikahi perempuan yang baik.
Ia berangkat dengan mengemudikan
mobil city car Honda Brio hadiah ulangtahun ke-20 pemberian ayahnya. Tak sulit
untuk menemukan rumah Temari mengingat keluarganya terpandang di daerah itu.
Segera saja ia memencet bel rumah megah itu. Pintu besar itu dibuka oleh
pembantu rumah tangga keluarga Namikaze itu. Hana mengutarakan keinginanya itu
dan ia dipersilakan untuk menunggu Temari-san di ruang tamu yang sangat luas.
Tak lama Temari muncul dihadapan
Hana. Hana terpana dengan selera fashion yang dimiliki oleh Temari. Gaya
berpakaiannya tak menunjukan kalau temari sudah berusia 50 tahun dan ia sangat
pantas mengenakannya. Anggun.
“Hana, aku terkejut kau datang.
Adakah yang bisa kubantu?” sambut Temari.
“ya, aku merencanakan kunjunganku
setelah berjumpa di pernikahan putra anda. Aku sangat terkagum-kagum dengan
anda, Temari-san.”
“ah aku merasa tersanjung.”
“oh iya ini ada sedikit kue yang
kubuat sendiri untuk anda.” Temari menyerahkan bingkisan kue kepada Temari.
“Terimakasih.”
“Temari-san, aku hanya ingin belajar
menjadi wanita yang seutuhnya dari anda. Anda sangat mengagumkan untukku.
Wanita yang luar biasa pikirku.”
“wah itu terlalu berlebihan
Hana-chan. Aku tak sebaik yang kau pikirkan. Kadang selalu ada rahasia di
setiap orang yang bersembunyi dari permukaan itu sendiri. Ada seorang bijak
yang mengatakan, ‘jika kau mengetahui aib dirimu, maka pujian untukmu terasa
bagai hinaan’” Temari tersenyum anggun selesai menuntaskan kalimatnya. Hana
yang mendengarnya merasa ganjil.
“anda sangat bijak sekali
Temari-san. Kata-kata yang anda ungkapkan begitu bermakna. Apa yang biasa anda
lakukan sehari-hari?”
“hmm. Aku hanya di Rumah. Sejak
menikah aku memutuskan untuk berhenti bekerja dan mengurusi keluargaku. Ketika
naruto masih hidup ia yang mengurusi bisnis untuk menghidupi keluarga kami.
Ketika ia sudah wafat adikku yang mengurusinya dan sekarang anakku yang
mengurusinya. Aku hanya di rumah saja mengurusi urusan rumah tangga. Tapi sejak
Tori dewasa kuhabiskan hidupku dengan membaca.” Hana semakin terpana dengan kebiasaan
Temari-san.
“temari-san, kapan Naruto-san
wafat?”
“setelah 5 tahun pernikahan
kami.”
“apakah anda merasa sedih atas
kepergiannya?”
“hmmm ya tapi yang lebih
menyedihkan adalah kenyataan tentang dirinya dibandingkan dengan kematiannya
sendiri” Temari tampak berapi-api mengatakan itu.
“maksud anda?”
“ah tidak lupakan itu. Bagaimana
sambil kita nikmati kue buatanmu dengan secangkir the hangat?” Temari menawari
dan Hana menyetujuinya. Temari langsung meminta PRT nya untuk menyiapkan.
“mengapa anda tak menikah lagi
setelah kematian Naruto-san?”
“Hmmm. Aku tak cocok untuk pria
manapun Hana. Masih banyak gadis dan janda yang lebih baik dariku. Aku tak
sepadan dengan siapapun. Aku juga memutuskan untuk mengurus Tori seorang diri
saja.” Hana berusaha mencerna setiap kata yang meluncur dari mulut Temari-san.
“hmmm padahal aku yakin banyak
sekali yang ingin mempersunting anda, Temari-san.”
“hahaha tidak banyak. Hanya ada
satu lelaki yang melakukannya dan ia sudah gila. Ia masih perjaka tapi ingin
mempersunting janda seperti aku. Ia benar-benar gila dan masih saja begitu
meski sudah kutolak mentah-mentah. Ia adalah … ” hampir saja Temari menyebut
namanya, tetapi ia ingat lelaki itu adalah ayah dari sang penanya.
“siapa dia?” desak Hana.
“lupakan. Sepertinya tidak perlu
menyebut namanya yang membuat aku ingin mati saja.”
PRT Temari datang membawakan
potongan kue dan teh hangat. Mereka kemudian menikmatinya sambil berbincang
yang pembicaraannya tak lagi Temari sebagai topic temari. Mereka membicarakan
banyak hal. Temari yang sudah lama tidak berbincang dengan orang lain merasakan
suatu kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan. “senang juga memiliki anak
perempuan. Asyik diajak mengobrol. Tidak seperti putra lelakiku yang tak banyak
membicarakan banyak hal dengan diriku.” Batin Temari.
Saat makan siang Temari mengajak
Hana untuk memasak menyiapkannya. Mereka memasak dengan gembira. Hana menyadari
sebuah snyum tulus yang hadir di wajah Temari. Cantik dan alami pikirnya.
Berbeda sekali dengan Temari yang dilihatnya judes saat pernikahan putranya.
Mereka juga makan bersama dan menikmati kebersamaan dengan penuh tawa.
“ah, kau gadis yang menyenangkan!
Andai saja kau adalah menantuku, Hana. Aku sebal sekali Tori memilih perempuan
itu. Ia tak sepertimu Hana. Kau tahu sepanjang pernikahannya aku tak bisa
tersenyum!” ungkap Temari secara tiba-tiba yang membuat Hana mengerti mengapa
ia tak senyum di pesta pernikahan anaknya.
“Mengapa anda berpikir seperti
itu?”
“hmm ya menurut pandanganku ia
tak cocok saja untuk anakku, tapi mau bagaimana lagi Tori mencintainya. Menurut
pengalamanku, aku tak mau ada perempuan lain yang merasakan hal yang sama
denganku”
“hal yang sama denganmu?” Tanya
Hana penasaran.
“ah, lupakan saja ya. Tak penting
cerita itu.” Mereka melanjutkan lagi makan siang mereka yang akrab.
Tak terasa mereka menghabiskan
waktu yang panjang hingga terlihat sebuah oranye sudak mengufuk di barat. Sudah
saatnya Hana pulang. Ia tak mau membuat ayahnya khawatir jika ia pulang
terlambat.
“Bibi, terimakasih atas ilmu dan
jamuannya. Aku sangat menghargai pertemuan hari ini.” Hana yang sudah akrab
dengan Temari diminta untuk menyebutnya bibi.
“ya Hana-chan, terimakasih atas
kedatanganmu. Kamu memberi warna dalam hariku.” Temari lembut berterimakasih
atas kedatangan Hana.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti
di Halaman parkir luas milik keluarga Temari. Kedatangan mobil itu menyita
perhatian Temari dan Hana yang akanberpisah itu. Turunlah dari mobil adik
Temari, Kankurou.
“hai kakak! Aku datang”
“ada perlu apa kau kemari?”
“yah aku hanya ingin mengunjungi
kakakku dan menyampaikan pesan dari Gaara dan sejak kapan seorang adik
membutuhkan alasan untuk menemui kakaknya?”
“ah yayaya aku hanya heran kau
sudah kesini lagi padahal baru kembali ke Suna kemarin.”
“Eh, siapa ini?” Kankurou
menunjuk Hana.
“oh ini Hana. Dia anak perempuan
pertama Pemilik Nara Group” Temari mengenalkan Hana secara resmi kepada
adiknya.
“Yoroshiku.” Hana memberi salam.
“hah? Dia anak dari lelaki yang
sudah membuatmu mencak-mencak itu?”
“sudahlah Kankurou aku tak peduli
dengannya.”
Hana merasakan sekali suatu
kaganjilan dengan pembicaraan yang berlangsung antara kakak beradik itu.
Sesuatu yang pasti sudah sangat lama terjadi.
“Hana, sebelum terlalu malam
sepertinya kamu harus sudah pulang.”
“iya bibi. Aku pulang dulu.
Sampai jumpa lagi ya.” Hana meninggalkan kediaman Temari dengan penuh tanda
Tanya.
Hana terlalu lelah untuk menyusun
potongan puzzle tentang Temari untuk saat ini. Ia memutuskan untuk mengemudi
dan pulang dengan selamat dan cepat sebelum makan malam bersama ayahnya.
***
Pagi-pagi sekali sebelum ia
berangkat kuliah ia mulai menyusun potongan puzzle.
Saat ia mengungkapkan
kekagumannya pada Temari, ia mengatakan, “wah
itu terlalu berlebihan Hana-chan. Aku tak sebaik yang kau pikirkan. Kadang
selalu ada rahasia di setiap orang yang bersembunyi dari permukaan itu sendiri.
Ada seorang bijak yang mengatakan, ‘jika kau mengetahui aib dirimu, maka pujian
untukmu terasa bagai hinaan’”
Saat bertanya mengapa tak menikah
lagi, Temari mengungkapkan alasan, “Hmmm.
Aku tak cocok untuk pria manapun Hana. Masih banyak gadis dan janda yang lebih
baik dariku. Aku tak sepadan dengan siapapun”
Siapakah lelaki yang hanya
satu-satunya datang kepada Temari untuk meminangnya setelah kematian Naruto? Ah
mengapa ia merasa ayahnya seolah memiliki masa lalu yang sangat penting untuk
melengkapi potongan puzzle yang belum bisa tersusun rapi ini. Rasanya ingin
bertemu dengan Kankurou-san dan mencari kebenaran tentang semuanya.
***
Temari POV
“Ah aku merasa bosan sekali hari
ini. Aku rindu dengan hari kemarin. Saat hana datang dan berbincang dengan
sangat seru.” keluh Temari.
“ternyata menyenangkan memiliki
anak perempuan. Aku sangat berharap Hana bisa menjadi anakku atau menantuku,
tapi keduanya adalah harapan yang tak mungkin ku dapatkan.” Sambil menyeruput
teh jahe yang hangat dan memandangi pememandangan Konoha yang sejuk.
“seandainya aku menerima pinangan
Shikamaru aku mungkin sudah bahagia sekarang dengan anak-anak perempuan yang
cantik jelita seperti aku.”
“Tapi itu tidak mungkin. Tidak
mungkin aku bisa menerima pinangan pria manapun! Aku adalah barang rusak,
kotor, dan hina. Oh aku tak pantas.” Temari mulai terisak dan akhirnya menangis
tersedu-sedu. Ia beranjak ke kamar mandi dan membasahi dirinya. Ia seolah ingin
membersihkan sesuatu dalam dirinya padahal ia baru saja mandi.
“Oh tuhan, aku sudah mandi hingga
ribuan kali sejak 30 tahun terakhir, tapi noda itu, kotoran itu takkan bisa
hilang dari hidupku. Takkan pernah ada kehidupan bersama dengan Shikamaru atau
siapapun terlebih dengan anak-anaknya yang jelita. Aku ditakdirkan sendiri
sampai mati!” Tangisnya semakin meledak.
“Demi Tuhan! Lelaki bejat itu
harus mendapatkan yang setimpal dengan apa yang aku alami saat ini!” Ia masih
menangis.
***
Sudah hampir dua bulan sejak
pertemuannya dengan adik Temari di rumah Temari saat ia mengunjungi Temari.
Kankurou tiba-tiba saja muncul di Konoha University, tempat Hana menimba ilmu.
Hana melihatnya sedang berdiri di dekat mobilnya.
“Siang hana. Apa kabar” sapanya
akrab.
“aku baik-baik saja. Ada
keperluan apa hingga paman Kankurou dating kemari?”
“ada hal penting yang ingin
kubicarakan. Kita ngobrol saja di Kantin. Bagaimana?”
“boleh” Mereka berjalan menuju
kantin dan langsung memesan makanan dan minuman.
“mengapa kemarin kamu ke rumah
kakakku?” tanpa basa basi kankurou langsung bertanya.
“hmmm sebelumnya apa yang aku
dapatkan dari pembicaraan ini paman?” Tanya Hana dengan sopan.
“sebuah rahasia besar tentang
kakakku dan ayahmu!” jawab kankurou tegas.
“baiklah. Aku hanya mendatanginya
untuk menyelidiki pakah ada hubungan antara bibi Temari dan ayahku. Dan aku
hanya menemukan potongan puzzle yang tak bisa kususun.”
“apa yang kau dapat?”
“paman ceitakan secara langsung
saja.”
“baiklah aku takkan menundanya.
Kita langsung saja. Hampir 30 tahun yang lalu ayahmu datang ke rumah kakakku
dan meminangnya setelah enam bulan kematian Naruto. Dan tahukah kamu apa yang
dikatakan kakakku kepada ayahmu? Aku
takkan menikahi siapapun lagi dan tidak akan tidur dengan siapapun! Secara
kasar ia pun diusir dari rumahnya.”
“kenapa bibi bicara seperti itu?”
“aku baru tahu kenyataan ini
setelah ayahmu pulang dengan jawaban yang pasti melukai perasaannya. Ternyata
kakakku pernah diperkosa oleh orang yang bejat yang masih kerabat kami di
usianya yang keenam belas. Ia merasa dirinya hina sekali. Kotor dan tak layak
menjadi pendamping hidup lelaki manapun. Ia merasa dirinya bagaikan barang yang
sudah rusak. Setiap hari ia mandi berkali-kali hanya berharap kotoran dalam
dirinya hilang, tapi buatnya itu tidak. Ia takkan pernah bisa menjadi seperti
semula.” Hana yang mendengarnya mulai menteskan air mata.
“kau tahu beberapa hari ini saja
rambutnya tak pernah kering . entah berapa kali ia mencuci dirinya.”
“apakah ayah tahu soal fakta
ini?”
“Tidak! Kakakku takkan mau
memberitahukannya.”
“kenapa? Mungkin jika bibi
memberitahu kenyataannya ayah bisa menerima?”
“kakakku trauma. Saat ia utarakan
kenyataan ini pada suaminya setelah malam pertama. Naruto tak pernah
menyentuhnya lagi. Ia tak mau mendapat perlakuan yang sama. Ia sudah kecewa.”
“ternyata seperti itu ya
jawabannya. Bibi orang yang sangat baik sekali, tapi nasibnya tak sebaik
kebaikannya.”
“belum. Ia hanya terlalu takut
terluka lagi.”
“apakah ayahku bisa?”
“sepertinya hanya jika ayahmu mau
menerima kenyataan yang dimiliki oleh kakakku. Bagaimana dengan dirimu? Apakah
bisa menerima?”
“hmmm aku tak masalah dengan masa
lalu bibi. Aku menerima dia tapi untuk menjadi ibuku aku belum tau.”
“Begitu ya. Sejujurnya kenapa aku
ingin memberitahu ini adalah untuk meminta tolong padamu. Aku khawatir dengan
kondisi kakakku. Sejak kamu mengunjunginya ia jadi serinag melamun, menangis,
dan entah berapa jam sekali ia mandi. Rambutnya jarang sekali terlihat kering.
Aku kahwatir.”
“mungkin jika ada seseorang yang
mau menerimanya. Ia takkan seperti itu lagi.”
“apakah aku harus memohon pada
ayahku?”
“tidak. Aku yakin ayahmu tak tahu
soal kamu tahu dia meminang kakakku puluhan tahun yang lalu. Yang aku mau kamu
menerimanya dan meyakinkan ayahmu jika merencanakan meminang kakakku lagi.
Hanya itu.”
“akan kupikirkan.”
“hmmm baiklah sudah saatnya aku
pergi. Terimakasih atas waktunya. Sampai jumpa.” Kankurou meninggalkan Hana
yang masih termenung dengan pembicaraan barusan.
***
“hu hu hu hu ”
Si anak bungsu Shikamaru tengah
menangis. Shikamaru yang baru saja pulang langsung menghampirinya.
“Luna, kamu kenapa nangis?”
“aku kangen ibu. Aku bosan di
rumah sendirian. Ayah sibuk kerja, kakak sibuk kuliah. Aku kangen ibu,” Luna
merengek.
“cup cup cup. Maaf ya kalo ayah
sering ninggalin kamu. Ibu udah pergi saying gak bisa temenin kamu lagi.” Bujuk
Shikamaru kepada anak bungsungnya yang masih 10 tahun itu.
“Ayah, ibu yang baru juga boleh. Pokoknya
aku mau ibuuuu” rengek Luna.
“Ada apa ini ayah? Rebut sekali?”
Hana baru saja sampai di rumah dan mendapati adiknya yang menangis dan ayahnya
yang membujuk.
“Hana, bagaimana ini Luna ingin
ibu. Ia bosan sendirian terus di rumah.”
“hah?” Hana kaget dan langsung
teringat pertanyaan kankurou padanya, “apa aku bisa menerima bibi Temari
sebagai ibu?” Batin Hana.
“Hey Hana aku ayah harus
bagaimana?”
“Luna, kamu ingin ibu? Apa kakak
saja tidak cukup?”
Luna menggeleng, “Kakak sibuk! Aku
ingin ibu yang selalu menemaniku.” Hana menyerah. Ia sudah mendapatkan jawaban
dari pertanyaan Kankurou dan ia harus meyakinkan ayahnya.
“ayah, sudahlah penuhi saja
keinginan Luna.”
“err, apa benar tak apa?”
Shikamaru memastikan.
“iya tak apa. Kalo sudah ada yang
ingin ayah jadikan istri dan cocok untuk menjadi ibu kami lamarlah esok.” Hana menyakinkan.
“Baiklah, Luna ayah akan bawa ibu
barumu bulan ini. Sabar ya sayang”
Si bungsu tak lagi menangis. Ia berdiri
dan memluk erat Shikamaru.
***
Temari tak pernah menyangka
peristiwa yang dialaminya siang itu. Kini ia hanya duduk dengan tertunduk lesu
di kursi berandanya. Air matanya terus saja mengalir. Entah untuk menangisi
apa. Ia juga masih terus memandangi secarik kertas berisikan tulisan yang tak
pernah disangkanya akan kembali menohok meminta jawaban.
Kankurou langsung masuk kamar
Temari tanpa mengetuk. Ia baru saja mendapat laporan dari PRT Temari ada
kejadian yang tak terduga siang tadi. Kankurou melihat kakaknya yang tampak
merana. “kasihan sekali kakakku ini. Ia harus bahagia sebelum ajal
menjemputnya.” Batinnya.
“kak, apakah kakak baik-baik
saja?” Temari tak menjawab ia masih memandangi kertas itu. Kankurou membaca apa
yang tertulis disana.
Maaf Temari-san kuharap anda berkenan membaca surat ini.
Saya hanya ingin menyampaikan keinginan saya yang masih sama.
Meminang Temari-san untuk menjadi istri saya.
Saya harap anda bisa membalas surat ini dengan surat atau menemui saya
secara langsung
Terima kasih
“kak, apa jawaban kakak? Apa
kakak mengusirnya seperti dulu lagi?”
“akankah ada jawaban yang lain?
Buatku akan jawabannya akan sama.”
“kak, setidaknya coba dulu untuk
menjelaskannya”
“TIDAK! Itu tidak mungkin!”
Tiba-tiba amarah Temari meledak.
“Kak, apanya yang tidak mungkin?
Ayolah Shikamaru bukan Naruto!”
“Tidak Kankurou aku sudah lelah
untuk terluka. Takkan ada bedanya!”
“tidakkah kakak ingin anak
perempuan seperti Hana-chan?” mendengar nama Hana disebut Temari menjadi lebih
tenang.
“Ayolah kak. Jika memang kakak
tak mau ya sudah temui saja dulu dan bicara baik-baik. Jika kakak tidak ingin
terluka setidaknya jangan buat orang lain terluka dengan penolakan yang kasar
lagi.”
“Kankurou aku tidak sanggup”
“dimanakah diri kakakku yang
terkenal kuat dan galak itu? Kenapa ia menjadi selemah ini.”
“Kankurou aku akan menolak
Shikamaru lagi dan akan kujelaskan jika perlu. Malam ini aku akan menyampaikannya.
Aku akan menemuinya di taman kota saja yang biasa sepi.” Temari akhirnya
berkata tegas sambil meremas-remas surat yang diberikan Shikamaru.
Kankurou bergegas menelepon
Shikamaru dan mengabarkan permintaan kakakknya. Ia juga menelepon seseorang
untuk mengabarkan berita ini. Hana.
***
Hana gelisah saat menunggu
kedatangan Kankurou yang akan memberitahu sesuatu yang penting katanya. Ia
menyeruput Vanila Latte nya dengan gugup. Kankurou dating kemudian dan duduk di
seberang Hana duduk.
“aku takkan lama. TAdi siang
ayahmu mengunjungi kakakku lagi dan memberikan sebuah surat yang berisikan
lamaran.” Hana tampak terkejut dengan berita yang dibawa Kankurou. Kankurou
tidak langsung melanjutkan ceritanya. Ia melihat reaksi Hana.
“kakakku akan menjawab lamaran itu malam ini
di Taman kota. Kakakku bilang akan menolaknya, tapi aku tak tahu apa yang akan
terjadi. Dan aku akan disana tanpa mereka ketahui.” Hana masih belum berbicara.
“aku hanya akan menyampaikan itu.
Sekarang aku akan langsung ke Taman kota.”
“aku ikut!”
“baiklah” mereka keluar
bersama-sama setelah Hana membayar kopinya dan bergegas ke Taman Kota.
***
Seorang pria yang sudah berusia
setengah abad itu tengah menunggu dengan gelisah kedatangan seseorang. Tak lama
kemudian seseorang dengan menggunakan mantel dating menghampirinya. Shikamaru
langsung berdiri begitu tahu siapa yang datang.
“Selamat malam Temari-san”
“malam”
“aku senang anda mau menemuiku
langsung untuk memberi jawaban.”
“Ya, tapi jangan senang dengan
jawaban yang akan kuberikan!”
“Oh ya? Bagaimana kabar surat
yang kuberikan?”
“Sudah bergabung dengan
kawan-kawannya yang bau dan kotor sebagai jawaban dariku!”
“kau menolakku lagi? Atas alasan
apa?” Shikamaru bertekad kini ia ingin tahu alasannya jika ditolak. Ia tak mau
marah sebelum tahu jawabannya.
“iya aku menolakmu! Dengan tegas
aku menolakmu! Kau ini sudah gila! Aku sudah berusia 50 tahun! Aku sudah akan
memiliki cucu dan aku tak berniat untuk menjadi istri siapapun!”
“Hanya itu alasanmu? Memang apa
salahnya jika di usia ini kita menikah? Apakah itu berdosa?”
“tidak. Itu tidak berdosa hanya
saja aku tak mau menghadapi gossip yang tidak-tidak diusiaku yang segini.”
“Hah? Aku tak peduli dengan
etiket social itu! Apalagi hanya karena takut dengan gossip-gosip tetangga.
Kalau memang kamu tak mau menerimaku karena usia kita sudah lanjut, mengapa
kamu menolakku puluhan tahun yang lalu hah?” Shikamaru tak bisa mengontrol
emosi.
“itu itu karena…” Temari tak
melanjutkan kalimatnya.
“karena apa? Katakana padaku!”
Shikamaru terus mendesak. Ia sudah diberi tahu oleh Kankurou ada hal penting
yang menjadi alasan Temari menolaknya dan Temari yang akan memberitahukannya
sendiri.
Temari semakin terdesak dan ia
mulai meneteskan air matanya. Shikamaru tak tega melihatnya menangis tapi ia
harus tahu apa rahasia Temari.
“AKu takkan layak menjadi istrimu
atau istri siapapun!” Temari mengatakannya setengah berteriak.
“Ya tapi mengapa kamu berpikir
seperti itu?”
“Aku adalah barang yang rusak,”
ujar Temari sambil terus menangis terisak.
“maksudmu?”
“Aku sudah ternodai! Aku pernah
diperkosa. Aku tak pernah suci lagi! Aku pernah mandi hingga ribuan kali selama
30 tahun terakhir tapi itu sama sekali tak bisa mengangkat noda ini dalam
diriku!” Akhirnya Temari memberitahukan rahasianya pada Shikamaru dengan
terisak-isak. Shikamaru yang melihatnya begitu langsung mendekap Temari.
“mengapa kamu tak bilang dari
dulu? Dengan begini kita sudah menyia-nyiakan puluhan waktu kita,”
“Lepaskan! Anda sudah tidak
sopan,” Temari mendorong Shikamaru dengan kasar.
“maaf aku hanya tak tega
melihatmu begitu,” Shikamaru salah tingkah dengan perlakuannya pada Temari.
“bukan berarti aku menceritakkan
ini aku sudah menerimamu! Aku menolak lamaran yang kau ajukan!”
“Kenapa?”
“karena aku menolaknya. Aku yakin
kamu juga tak mau lagi menerimaku setelah tahu fakta tentangku!”
“Jangan menilai sebelum kamu tahu
kenyataannya! Aku tak menganggap alasanmu menjadi alasan bagiku untuk
menggagalkan pinanganku ini,”
“Temari, aku mencintaimu dan akan
selalu mencintaimu. Aku tak peduli apa masa lalumu yang jelas aku sudah jatuh
cinta padamu sejak pertama kali aku melihatmu,” Shikamaru mengucapkannya dengan
lembut. Temari hanya bisa terdiam.
“Maukah kau menjadi istriku? Ibu dari
anak-anakku?” Tanya Shikamaru sambil berlutut dan menyodorkan cincin berlian
kepada Temari.
“err” Temari ragu. Ayolah Temari ia sudah menerimamu apa
adanya!
Shikamaru menunggu dengan sabar
jawaban Temari dan menatap dalam ke dua bola mata hijau gelap milik Temari.
Temari merasakan sesuatu dari tatapannya itu. Cinta yang Tulus. Apakah aku akan bahagia? Batin Temari.
“Kau akan bahagia bersamaku juga
kedua putriku Temari,”
Perlahan Temari meraih cincin
berlian itu dan menarik lengan Shikamaru untuk membuatnya berdiri.
“Aku pikir jawabannya adalah ya”
Temari mengangguk tanda setuju.
Shikamaru kemudian memasangkan cincin berlian itu di jari manis Temari kemudian
memeluknya.
End
Langganan:
Postingan (Atom)