Pagi itu menjadi
pagi yang panik. Sebuah kabar yang ikut bersama angin meramaikan kehidupan pagi
hari itu. Ya, sebuah kabar yang membuat diri berpikir, “Bagaimana mungkin?”.
Sebuah kabar yang menceritakan bahwa seorang lelaki penjual pakaian di Pasar
subuh beberapa hari yang lalu memutuskan untuk mengakhiri kehidupannya dengan
cara yang cukup mengenaskan. Ia pergi ke sebuah tempat yang disana terdapa
sebuah rel yang akan dilintasi oleh kereta api pada pukul 5 subuh hari itu. Ia
memutuskan untuk berdiri di atas rel kereta api dan tepat saat kereta api
melintas tubuhnya tertabrak oleh kereta api. Mengenaskan. Sungguh mengenaskan.
Kehidupan yang diakhiri begitu saja yang pada hakikatnya tetap saja ia bukan
mengakhiri masalah kehidupannya hanya membuka permasalahan baru yang
penyelesaiannya lebih menyakitkan. Hukuman alam kubur dan hari akhir nanti.
Sejenak diri ini berpikir, “apa
yang membuat orang itu memutuskan untuk bunuh diri? seberat apa sih kehidupan
yang menimpa orang itu hingga ia memtuskan untuk segera meninggalkan kehidupan
ini?”. Kemudian membayangkan bagaimana menjadi orang itu. Mencoba merasakan
segenap rasa yang dirasakannya dengan berbagai macam permasalahan yang mendera
hidupnya. Kemudian mendapatkan sedikit kesimpulan dari rasa empati itu.
Kesimpulannya adalah “I Have No Reason Again…” Ya, rasanya tidak ada lagi
alasan yang menyebabkan mengapa diri ini harus tetap hidup di dunia. Maybe it’s
a reason why the man suicide.
Masalah itu memang selalu silih
berganti mewarnai kehidupan kita. Namun, terkadang ada sebuah permasalahan yang
sama yang selalu memberi warna yang dominan dalam kehidupan kita. Anything can
be. Apapun itu kita punya permasalahan yang berbeda tapi ia dominan mendatangi
kehidupan kita. Seorang yang kaya selalu sibuk dengan permasalahan sosialnya
atau seorang yang miskin sibuk dengan permasalahan ekonominya atau juga seorang
aktivis dakwah yang sibuk dengan permasalahan VMJ-nya. Apapun itu tapi
permasalahan inilah yang justru membuat kita seringkali jatuh ke dalam jurang
keputusasaan atau jatuh ke dalam jurang kemaksiatan. Permasalahan yang membuat
kita lupa akan satu – satunya alasan yang membuat kita bertahan untuk tetap
mengarungi jalan kehidupan yang dipenuhi onak dan duri dan jalan yang terjal.
Teringat akan sebuah kisah yang diceritakan oleh seorang ustadz dalam sebuah
film untuk mengenang beliau. Beliau tengah ditanya oleh seorang muridnya,
“Ustadz, gimana ya sekarang temen – temen ane kayaknya udah pada gak semangat
lagi buat dakwah, di liqoan omongannya poliiiittiiikkk aje? Hamasah buat
dakwahnya kayak udah ilang gitu tadz.” Kemudian ustadz menjawab, “ada sebuah
kisah tentang monyet. Monyet itu memanjat pohon yang saanggaaatttt tinggi, tapi
ia mampu sampe manjat sampe puncaknya. Tiba – tiba ada angin puting beliung
yang menghempaskan pohon itu hingga bergoyang dengan sangat kuat. Namun, monyet
itu dengan sekuat tenaga bertahan dan mampu untuk bertahan. Namun, saat ada
angin sepoi – sepoi yang membuat si monyet justru nyaman sehingga ia lupa untuk
berpegangan tangan pada pohon dan dalam waktu kurang dari lima detik ia
terjatuh ke dasar tanah.” Itulah sedikit kisah dari seorang ustadz dari sebuh
jamaah dakwah yang tengah memberikan tausiyah kepada muridnya tentang sebuah
masalah dalam dakwah. Cerita itu memberikan kita sebuah pelajaran bahawa boleh
jadi masalah yang pahit, kesedihan, kemiskinan, atau segala sesuatu yang
menyakitkan kita tetap mampu bertahan dan kuat untuk menghadapinya, tetapi
dengan sebuah sesuatu yang nyaman justru kita kalah dan membuat kita hilang
akan alasan yang membuat kita tetap bertahan dan menyebabkan kita jatuh ke
dalam jurang kemaksiatan. Atau kadang kepahitan pun membuat kita lupa akan
alasan yang memaksa kita bertahan seperti yang dialami oleh lelaki yang bunuh
diri itu.
Apabila saat ini sudah tak ada
lagi alasan yang memaksa kita bertahan dalam hidup yang serba baik atau benar –
benar kehidupan dalam keadaan baik ataupun tidak. Atau apabila orang lain yang
mengalami itu tak hendakkah kita mencoba berempati atau merenungi semuanya agar
kita mampu menciptakan alasan yang pasti yang membuat kita mau bertahan dalam
kehidupan yang pahit ini atau membuat orang lain mau menciptakan alasan
tersebut hingga ia tetap bertahan juga???? Namun, sebenarnya APA ALASAN ITU????
MASIH BERTANYA – TANYAKAH KITA???????? CUKUP ALASAN ITU SATU SAJA!!!! ALLAH
SWT!!! Cukup Ia saja yang menjadi alasan mengapa kita harus tetap bertahan
dalam kondisi apapun!
#tersadarkan
bahwa semuanya memang cukup Allah saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar