Minggu, 05 Mei 2013

Perbaikan Pendidikan Kita


Manusia adalah unsur terpenting dalam sebuah proses bernama kehidupan. Ia mengisi ruang kehidupan yang paling besar tanggung jawabnya karena ia telah ditugaskan oleh sang Khalik sebagai Khalifah di Muka Bumi sebagaimana tercatat dalam firman Allah SWT dalam Al – Qur’an surat Al – Baqarah ayat 30,
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
dari ayat tersebut kita bisa menyaksikan bahwa fungsi keberadaan manusia di muka bumi adalah untuk menjadi seorang khalifah atau pemimpin yang ada di muka bumi, tetapi malaikat menyatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan, dan menumpahkan darah, kemudian Allah SWT menjawab bahwa Dia lebih mengetahui apa – apa yang tidak malaikat ketahui.
            Manusia sebagai khalifah haruslah menciptakan kondisi bumi yang nyaman dan tentram, tetapi apa yang kita rasakan saat ini? Kerusakan dimana – mana.  Apa yang telah dilakukan oleh manusia yang kemudian menciptakan kerusakan – kerusakan yang ada di muka bumi ini terjadi dikarenakan oleh rusaknya pendidikan yang kemudian diajarkan di sekolah – sekolah di Indonesia. Menurut Prof. Al-Attas dalam buku Islam dan Sekulerisme, seharusnya pendidikan yang diselenggarakan dapat melahirkan manusia yang baik. Baik disini adalah beradab. umat muslim di zaman kejayaan islam adalah umat yang beradab yang menghargai keindahan. Output pendidikan yang harusnya adalah manusia yang beradab yang kemudian dapat menciptakan suasana kenyamanan dan ketentraman tanpa adanya kerusakan dan hal – hal yang merusak.
            Contoh – contoh kerusakan yang diciptakan oleh manusia itu sendiri adalah jumlah kejahatan yang meningkat, seperti pencurian, penggunaan narkoba yang salah, pemerkosaan, pembunuhan, pelecehan seksual, korupsi, penipuan, dll. Pelaku – pelaku yang melakukan kejahatan – kejahatan itu adalah seseorang yang dalam kehidupan sebelumnya ia mengikuti bangku sekolah atau ia mengikuti proses pendidikan bahkan mereka bukan saja orang yang mungkin di sekolahnya disebut dengan siswa yang nakal atau tidak berprestasi dalam hal akademik melainkan juga siswa yang berprestasi bahkan sering mendapatkan nilai sempurna di kelas. Lantas, mengapa pendidikan yang selama ini kita ajarkan kepada peserta didik membentuk karakter siswa yang demikian?
            Peristiwa ini sangat berbeda dengan zaman sebelumnya saat islam memimpin peradaban. Pendidikan mampu menghasilkan ulama sekaligus ilmuwan yang hingga saat ini karyanya masih dijadikan rujukan. Mereka adalah al – khawarizmi ilmuwan yang menemukan angka 0, Ibnu Sina yang menulis kitab fenomenal Qanun, Ath-Thib di bidang kedokteran bahkan bukunya menjadi rujukan kedokteran modern saat ini, dalam bidang fisika ada ibnu haytam yang berhasil menemukan teori pembiasaan kemudian merancang prototype kamera, dan banyak lagi ulama – ulama yang tidak saja mereka cerdas tetapi mereka juga bersahaja dalam bersikap dan bertindak. Inilah produk pendidikan yang seharusnya.
            Penyebab dari semua ini adalah guru dan ilmu. Menurut Al-Attas dalam buku islam dan sekulerisme, "Ilmu yang seharusnya menciptakan keadilan dan perdamaian justru membawa kekacauan dalam kehidupan manusia; ilmu yang terkesan nyata, namun justru menghasilkan kekeliruan dan skeptisme, yang mengangkat keraguan dan dugaan ke derajat 'ilmiah' dalam hal metodologi serta menganggap keraguan (doubt) sebagai sarana epistemologis yang paling tepat untuk mencapai kebenaran; ilmu yang untuk pertama kalinya dalam sejarah telah membawa kekacauan pada tiga kerajaan: hewan, tanaman, dan bahan galian (mineral)" Menurut Fauzil Adhim artikelnya yang berjudul Jangan remehkan Dakwah Kepada Anak – Anak menyatakan pendidikan bukanlah sekedar belajar berhitung melainkan juga untuk menyiapkan generasi 30 tahun mendatang yang akan menggantikan generasi sebelumnya dan semua itu adalah tugas guru.
 Maka untuk dapat merubah kondisi ini hal - hal yang harus kita perbaiki adalah dengan memperbaiki ilmu yang hari ini diajarkan di ruang - ruang kelas dan guru - guru yang mengajarkan ilmu tersebut. Ilmu yang diajarkan sejatinya telah dibaratkan atau disekulerkan. ia sudah tidak lagi sesuai dengan fitrahnya, maka hal yang perlu kita lakukan adalah dengan mengislamisasikan ilmu tersebut. Guru adalah ujung tombak perubahan pendidikan bukan menteri pendidikan. Bagaimana mungkin pendidikan dapat berubah sedangkan para gurunya tidak berubah. Maka untuk dapat merubah guru kita harus dapat merubah universitas yang merupakan tempat dimana guru itu belajar. Hal yang demikian itu disampaikan oleh Prof Al -Attas dalam bukunya yang berjudul Islam dan Sekulerisme. Menurut beliau untuk dapat merubah pendidikan suatu bangsa maka yang pertama kali harus diperbaiki bukanlah sekolah dasarnya melainkan pendidikan tingginya atau universitas. 
Perbaikan yang kita inginkan sebaiknya tidak saja berfokus pada kebijakan pemerintah walaupun memang ia memegang peranan penting juga dalam perubahan pendidikan, akan tetapi kita tidak boleh lupa pangkal utama rusaknya pendidikan adalah ilmu maka kita pun harus berfokus ke arah sana.
Wallahu'alam bisshowab

Perbaikan Pendidikan Kita


Manusia adalah unsur terpenting dalam sebuah proses bernama kehidupan. Ia mengisi ruang kehidupan yang paling besar tanggung jawabnya karena ia telah ditugaskan oleh sang Khalik sebagai Khalifah di Muka Bumi sebagaimana tercatat dalam firman Allah SWT dalam Al – Qur’an surat Al – Baqarah ayat 30,
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
dari ayat tersebut kita bisa menyaksikan bahwa fungsi keberadaan manusia di muka bumi adalah untuk menjadi seorang khalifah atau pemimpin yang ada di muka bumi, tetapi malaikat menyatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan, dan menumpahkan darah, kemudian Allah SWT menjawab bahwa Dia lebih mengetahui apa – apa yang tidak malaikat ketahui.
            Manusia sebagai khalifah haruslah menciptakan kondisi bumi yang nyaman dan tentram, tetapi apa yang kita rasakan saat ini? Kerusakan dimana – mana.  Apa yang telah dilakukan oleh manusia yang kemudian menciptakan kerusakan – kerusakan yang ada di muka bumi ini terjadi dikarenakan oleh rusaknya pendidikan yang kemudian diajarkan di sekolah – sekolah di Indonesia. Menurut Prof. Al-Attas dalam buku Islam dan Sekulerisme, seharusnya pendidikan yang diselenggarakan dapat melahirkan manusia yang baik. Baik disini adalah beradab. umat muslim di zaman kejayaan islam adalah umat yang beradab yang menghargai keindahan. Output pendidikan yang harusnya adalah manusia yang beradab yang kemudian dapat menciptakan suasana kenyamanan dan ketentraman tanpa adanya kerusakan dan hal – hal yang merusak.
            Contoh – contoh kerusakan yang diciptakan oleh manusia itu sendiri adalah jumlah kejahatan yang meningkat, seperti pencurian, penggunaan narkoba yang salah, pemerkosaan, pembunuhan, pelecehan seksual, korupsi, penipuan, dll. Pelaku – pelaku yang melakukan kejahatan – kejahatan itu adalah seseorang yang dalam kehidupan sebelumnya ia mengikuti bangku sekolah atau ia mengikuti proses pendidikan bahkan mereka bukan saja orang yang mungkin di sekolahnya disebut dengan siswa yang nakal atau tidak berprestasi dalam hal akademik melainkan juga siswa yang berprestasi bahkan sering mendapatkan nilai sempurna di kelas. Lantas, mengapa pendidikan yang selama ini kita ajarkan kepada peserta didik membentuk karakter siswa yang demikian?
            Peristiwa ini sangat berbeda dengan zaman sebelumnya saat islam memimpin peradaban. Pendidikan mampu menghasilkan ulama sekaligus ilmuwan yang hingga saat ini karyanya masih dijadikan rujukan. Mereka adalah al – khawarizmi ilmuwan yang menemukan angka 0, Ibnu Sina yang menulis kitab fenomenal Qanun, Ath-Thib di bidang kedokteran bahkan bukunya menjadi rujukan kedokteran modern saat ini, dalam bidang fisika ada ibnu haytam yang berhasil menemukan teori pembiasaan kemudian merancang prototype kamera, dan banyak lagi ulama – ulama yang tidak saja mereka cerdas tetapi mereka juga bersahaja dalam bersikap dan bertindak. Inilah produk pendidikan yang seharusnya.
            Penyebab dari semua ini adalah guru dan ilmu. Menurut Al-Attas dalam buku islam dan sekulerisme, "Ilmu yang seharusnya menciptakan keadilan dan perdamaian justru membawa kekacauan dalam kehidupan manusia; ilmu yang terkesan nyata, namun justru menghasilkan kekeliruan dan skeptisme, yang mengangkat keraguan dan dugaan ke derajat 'ilmiah' dalam hal metodologi serta menganggap keraguan (doubt) sebagai sarana epistemologis yang paling tepat untuk mencapai kebenaran; ilmu yang untuk pertama kalinya dalam sejarah telah membawa kekacauan pada tiga kerajaan: hewan, tanaman, dan bahan galian (mineral)" Menurut Fauzil Adhim artikelnya yang berjudul Jangan remehkan Dakwah Kepada Anak – Anak menyatakan pendidikan bukanlah sekedar belajar berhitung melainkan juga untuk menyiapkan generasi 30 tahun mendatang yang akan menggantikan generasi sebelumnya dan semua itu adalah tugas guru.
 Maka untuk dapat merubah kondisi ini hal - hal yang harus kita perbaiki adalah dengan memperbaiki ilmu yang hari ini diajarkan di ruang - ruang kelas dan guru - guru yang mengajarkan ilmu tersebut. Ilmu yang diajarkan sejatinya telah dibaratkan atau disekulerkan. ia sudah tidak lagi sesuai dengan fitrahnya, maka hal yang perlu kita lakukan adalah dengan mengislamisasikan ilmu tersebut. Guru adalah ujung tombak perubahan pendidikan bukan menteri pendidikan. Bagaimana mungkin pendidikan dapat berubah sedangkan para gurunya tidak berubah. Maka untuk dapat merubah guru kita harus dapat merubah universitas yang merupakan tempat dimana guru itu belajar. Hal yang demikian itu disampaikan oleh Prof Al -Attas dalam bukunya yang berjudul Islam dan Sekulerisme. Menurut beliau untuk dapat merubah pendidikan suatu bangsa maka yang pertama kali harus diperbaiki bukanlah sekolah dasarnya melainkan pendidikan tingginya atau universitas. 
Perbaikan yang kita inginkan sebaiknya tidak saja berfokus pada kebijakan pemerintah walaupun memang ia memegang peranan penting juga dalam perubahan pendidikan, akan tetapi kita tidak boleh lupa pangkal utama rusaknya pendidikan adalah ilmu maka kita pun harus berfokus ke arah sana.
Wallahu'alam bisshowab