Senin, 30 September 2013

Fisika = Monster?

Suatu siang di sebuah sekolah menengah atas, seorang siswa yang berpenampilan menarik tengah putus asa di Kelas Fisika terlebih saat guru fisika mengumunkan bahwa ujian akhir fisika akan dilaksanakan kurang lebih satu bulan lagi. Ia semakin putus asa saat guru fisika menyebutkan namanya diantara daftar-daftar pemilik nilai dibawah standar minimal.
Mungkin pengumuman-pengumuman ini tak akan membuatnya putus asa sedemikian dalam jika saat pertandingan basket pekan lalu yang ia lakoni tidak mengalami kekalahan telak dan terutama jika lelaki kutu buku yang selalu mencelanya tak ikut melihat kekalahannya dan mengejeknya habis-habisan. Dan tanpa pikir panjang saat amarahnya memuncak ia menyetujui tantangan yang tak seharusnya ia lakukan.
Kelas fisika pun kemudian berakhir dan ia masih tertunduk lesu di bangkunya sambil menghela nafas tanda putus asa. Ia berjalan dengan langkah gontai meninggalkan sekolah. Molly, sahabat dekatnya melihat keanehan sikapnya yang tidak seperti biasanya. Ia yang selalu ceria enerjik dan tak pernah putus asa begitu terlihat berbeda bahkan ketika Molly menyapanya ia tampak tak menghiraukannya. Ia terus berjalan seperti jombi berjalan.
Malam harinya ia mencoba belajar untuk mengahadapi fisika dan mencoba untuk memahaminya. di meja belajarnya ia membuka halaman-halaman buku fisikanya. Ia buka halaman demi halaman. membaca perlahan-lahan kata demi kata berusaha untuk dipahami. juga memahami rumus demi rumus. 30 menit ia mencoba bertahan dan ia sudah merasa matanya berkunang-kunang dan perutnya mual-mual. Ia segera berlari mengambil minum dan memutukan untuk segera tidur. Ia menarik selimut dan segera memejamkan mata untuk segera tidur.
Ia tengah mendrible bola di lapangan basket sekolahnya sendirian. tiba-tiba suara hinaan musuhnya menggema begitu keras. dan semua mendadak menjadi gelap dan monster-monster fisika datang dari berbagai arah dan terus mendekatinya dan melenyapkannya.
Ia terbangun dari mimpinya dengan penuh keringat di sekujur tubuhnya. ia turun dan mengambil minum. karena mimpi buruk itu ia tak bisa tidur malam itu.
Keesokan harinya ia berangkat ke Sekolah dengan rasa ngantuk dan wajah yang kusut. Ia terduduk di bangku kelasnya tanpa semangat yang bergelora. Molly melihat kelakuan temannya itu kemudian ia menghampirinya dan menimpuk kepalanya dengan sebotol soda yang menjadi kegemarannya. sambil bertanya ada apa dengan temannya itu. Ia menceritakan kejadian yang dialaminya. Dan Molly hanya tertawa keras sambil mengatakan lebay padanya. Molly pun berjanji untuk membantunya mengatasi masalahnya. Molly pergi meninggalkannya saat bel masuk sekolah berbunyi.
Saat istirahat Molly kembali mendatanginya bersama seorang perempuan anggun dengan jilbab yang rapi. Molly mengatakan padanya bahwa perempuan ini yang akan membantu mengatasi masalahnya. Saat ia terbayang akan belajar fisika dengan suasana membosankan perempuan itu malah bertanya apakah ia suka mendaki gunung atau tidak. Dan perempuan itu mengajak untuk mendaki gunung akhir pekan ini.