Rabu, 30 April 2014

Kehidupan dan Kematian

Hidup dan mati adalah sebuah pasangan yang tak bisa dipisahkan. Tak ada mati jika tak ada hidup dan Semua akan mati jika semua hidup. Begitulah kira-kira keterkaitan yang hidup dan yang mati. 
Kita manusia yang dilahirkan ke dunia telah menerima kehidupan maka siap-siap lah kita akan menerima kematian. Sebenarnya kita sudah pernah mengalami kematian setidaknya dua kali. Pertama kematian yang memutuskan kehidupan kita di alam ruh kemudian kedua kematian yang memutuskan kehidupan kita di alam rahim. 
Pada hakikatnya dalam pandangan islam kehidupan seorang manusia sudah ada sejak ia berada dalam alam ruh. Dimana ruh-ruh manusia diciptakan sebelum jasadnya diciptakan. Kemudian alam rahim dimana jasad manusia diciptakan dan ruh pun dimasukkan ke dalam jasad tersebut. Kemudian ia lahir ke dunia dan ia menikmati alam dunia. 
Pada fase di alam Dunia ini kemudian manusia yang diberi kesempatan menikmatinya disebut hidup karena bernyawa. Pada fase ini pulalah banyak orang yang salah kaprah tentang kehidupan di dunia. Mereka berpikir dunia adalah tempat yang kekal untuk mereka tinggali sehingga mereka berlomba-lomba mengumpulkan harta dengan segala cara. Mereka melupakan bahwa sesungguhnya dunia hanyalah persinggahan sementara saja. Pada akhirnya kita akan ‘mati’ untuk ketiga kalinya.
Dunia adalah tempat manusia untuk mengumpulkan perbekalan hidup di alam kubur juga di akhirat. Perbekalan yang dikumpulkan berupa amal bukan harta serupa uang dan emas. Kita mendapatkan nikmat atau azab tergantung pada perbekalan yang kita bawa. Kita mendapatkan hidup di surga atau neraka tergantung pada bekal yang kita bawa. 
Kemudian kita kembali ‘mati’ untuk ketiga kalinya. Hakikat kematian bagi saya adalah terputusnya kita dengan alam yang kita tinggali. Pada saat kita menghuni alam ruh kita ‘mati’ saat Allah SWT masukan kita ke dalam jasad kita di alam rahim. Kemudian saat kita di alam rahim kita menerima jasad secara utuh selama 9 bulan kemudian kita ‘mati’ lagi saat kita lahir ke alam Dunia. Saat kita tinggal di alam Dunia maka kita akan ‘mati’ lagi dan kita akan hidup di alam kubur. Saat kiamat datang maka kita akan ‘mati’ dan hidup dalam keabadian entah di neraka atau di surga. 
Dalam banyak kamus kita memahami bahwa mati adalah hilangnya nyawa seseorang atau berhentinya semua sistem yang bekerja pada jasadnya. Juga banyak orang yang memahami bahwa kematian itu adalh terhentinya kehidupan seseorang dan ia takkan menerima kehidupan lainnya. Seolah hilang begitu saja. 
Pemahamn semacam itu adalah hidup dan mati untuk jasad kita karena pada hakikatnya yang hidup adalah ruh kita. Hakikat dari seorang manusia adalah ruhnya.
Alam kubur dan alam akhirat adalah alam dimana manusia akan menerima konsekuensi dari setiap perbuatannya selama di dunia. Jika tidak melewati fase dunia ia sudah mengkavling tempat di surga. 
Alam akhirat adalah alam yang kekal yang artinya setelah hari kiamat kemudian hari pertimbangan, dan hari pembalasan maka neraka atau surga adalah tempat yang kekal yang akan kita tinggali. Di sana pulalah mungkin pasangan hidup dan mati bercerai.
Selaras dengan puisi karya  Sapadi Djoko Damono
Yang Fana adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
“Tapi,
yang fana adalah waktu, bukan?”
tanyamu. Kita abadi.
1978
Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar