Sabtu, 29 Juni 2013

Dilema Muslim Menilai Tindakan Munarman

Jumat tanggal 28 Juni 2013 Indonesia digemparkan dengan peristiwa yang ditayangkan di hadapan rakyat Indonesia pagi itu. peristiwa ini adalah peristiwa penyiraman air minum yang dilakukan oleh Munarman yang saat itu menjadi narasumber salah satu stasiun tv nasional yang melakukan dialog dengan narasumber lainnya adalah Thamrin Tamagola. Peristiwa terjadi saat Munarman diberikan kesempatan untuk memberikan pandangan mengenai topik akan tetapi prof Thamrin melakukan aksi pemotongan pembicaraan dan aksi menghina. Kemudian Munarman menyiram air minum kepada Prof Thamrin. Berikut alasan Munarman menyiramkan air tersebut yang saya kutip dari Republika Online
“Ketika saya sedang menjelaskan argumentasi bahwa analisa yang dikemukakan oleh Thamrin Amal Tomagola bahwa ia menyatakan ormas-ormas di daerah itu sering melakukan tindakan-tindakan kekerasan sweeping-sweeping itu karena terkait dengan politik daerah menjelang pemilu kepala daerah supaya dapat basis pemilih dengan kerja sama dengan kepolisian. Intinya punya koneksi politiklah. Saya bilang salah itu, ini saya punya data. Kejadian di Papua di Mimika dan Sorong dimana ibu-ibu melakukan tindakan razia terhadap warung-warung minuman keras karena resah. Dia (Thamrin) tidak mau terima dengan argumen itu. Kemudian dia menepis tangan saya minta saya berhenti ngomong. Saya pikir dia karena belum minum supaya agak tenang saya kasih air. Cuma karena jaraknya jauh air di gelas itu tumpah dan kena mukanya,” tukas Munarman.
 Atas peristiwa ini berbagai komentar muncul mewarnai Twitterland dan media Sosial lainnya untuk mengecam dan mendukung tindakan Munarman. Berikut adalah komentar-komentar atas tindakan Munarman yang saya kutip juga dari Republika Online
" Itu adalah tindakan yang dianggap paling benar sendiri, tidak menghormati hak dan martabat orang lain, seperti tindakan ormasnya selama ini," katanya.
"Menjijikkan. Etika, moral dan akhlak tak pernah dipelajari mungkin hingga berani menyiram teh ke muka orang yang ditonton jutaan manusia, beginikah atas nama Islam?" tambah Sandiah Jauzi.
"Pak Munarman yang terhormat. Islam itu indah, Islam itu mengajarkan sopan santun,tata krama,dan sikap yang lembut, wallahu a'lam. Haruskah hal seperti itu dilakukan? Selayaknya kita sebagai umat Rasulullah paling tidak berusaha mencontoh sifat Beliau yang santun dan sabar," kata Frengky Al Musthofa.
Meskipun demikian ada juga yang membela aksi pria berusia 44 tahun itu. "Berani berbuat, berani tanggung jawab. Maju terus bang Munarman. Hampir semua media cetak, TV , kalau memberitakan tentang FPI terkadang yang jeleknya saja, tapi masih banyak hal positif tidak pernah diliput. Apakah media ada agenda terselubung?" tutur Lanang Saif Al-Brebes.
Sementara itu meskipun banyak yang bersimpati kepada Tamrin, beberapa orang juga mengkritik sang sosiolog. Banyak yang menyayangkan sikap Tamrin yang memotong Munarman yang sedang berbicara.Hal itulah yang dianggap memancing kemarahan Munarman.
"Munarman memang salah tidak bisa menahan amarah, tapi Prof. Tamrin yg katanya intelektual kenapa saat orang bicara dia juga bicara dan menunjuk-nunjuk ke muka Munarman?" ujar Idham Iid.
"Masalahnya bukan perbedaan pendapat, tapi arogansi pak Tamrin dalam berdiskusi (memotong pembicaran dan menunjuk muka) yang memancing emosi Munarman," tambah Fallah Putra Timur.
"Sebagai profesor, Tamrin tidak layak bersikap begitu. Jangan suka memutus pembicaraan apalagi sambil menunjuk-nunjuk. Biarkan orang lain meneruskan pembicaraannya. Tunjukkan bahwa kamu adalah seorang yang bisa menghargai pendapat pihak lain," kata Muhammad
 Kemudian berikut adalah komentar-komentar yang saya kutip dari media sosial seperti twitter dan facebook
amat sih, basah aer aja dihilang biadab. tiap hari muslim dibasahi oleh darah yg ditumpahkan oleh Zionis dan antek kristennya" @hafidz_ary
"muslim dibantai ente biasa2 aja kan? cuma antek sepilis disiram aer dikit ribut amat" @hafidz_ary
"Ada adab yang harus di jaga terhadap orang sepuh.. Meski dia lawan debat kita.." @jaldeee
"Punten, terlepas dari alasan penyiraman. Apakah etis menyiram air ke muka orang yang lebih tua? Saya lihat Sosiolog tersebut sudah sangat senior, mungkin seumuran dengan bapak atau bahkan mungkin kakek kita. Padahal bisa diselesaikan dengan pembicaraan saja tanpa perlu penyiraman air ke muka." Mohammad Rimba Putra
19. Di luar insiden siram air, saya sendiri mengagumi semangat dalam memperjuangkan Islam. Tetap istiqamah, saudaraku ! @dedhi_suharto
Nah tanggapan-tanggapan ini saya pikir mencerminkan atas dilema seorang muslim. Ada yang mengecam tindakan Munarman sebagai tindakan yang tak punya adab karena Prof Thamrin adalah seorang yang lebih tua yang harusnya dihormati meski ia adalah lawan debat. Sedangkan pihak yang mendukung tindakan Munarman ini adalah karena Prof. thamrin telah menghina umat islam sebagaimana dijelaskan pada artikel pada link ini dan kultiwit pada link ini.
Tindakan ini sepatutnya kita tidak bisa melihat secara kasat mata dan kemudian menilainya salah atau benar karena dalam islam untuk menilai tindakan seseoranmg tidak bisa dilakukan setelah melihat aspek lahiriah saja melainkan harus dengan aspek batiniah. Hal ini dijelaskan dalam hadits arbain nomor 1
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .
jadi untuk menilai apakah perbuatan itu benar atau tidak bergantung pada niat yang muncul saat melakukan perbuatan tersebut. Jadi sebaiknya kita mengetahui alasan mengapa Munarman melakukan tindakan tersebut dan kemudian menilai apakah tindakan Munarman benar atau salah.
Kasus semacam ini yang menimbulkan dilema seorang muslim sudah sering muncul salah satunya adalah kasus yang hadir saat seorang ustadz, Usep Muhammad Ishaq memposting sebuah kutipan yang didapat beliau dari sebuah kajian di Radio, berikut saya kutipkan postingan ustadz
Dalam sebuah kajian di radio Islam pekan lalu, seorang penceramah mengatakan bahwa orang Amerika itu meskipun kafir lebih "Islami" karena sifat disiplin dan teratur, sedangkan banyak orang Indonesia meskipun beragama Islam tetapi "kafiri". Saya kira ini contoh kekeliruan kuadrat, baik konsep juga istilah, meskipun dengan maksud baik sebagai introspeksi.
Beliau menilai ini adalah kekeliruan kuadrat dengan penjelasan sebagai berikut
Yang dimaksud, kekeliruan konsep yang membawa pada kekeliruan istilah. Maksud kekeliruan konsep, yang disebut perbuatan islami adalah perbuatan baik yang niat dan tata caranya sesuai dengan Islam. Suatu perbuatan yang dianggap baik namun niatnya tidak sesuai dengan Islam maka tidak dapat dipandang Islami. Sebagai contoh, membersihkan sampah di jalan apabila niatnya hanya ingin dipuji manusia, maka tidak dapat disebut Islami, sebut saja itu perbuatan 'baik'. Negara singapura misalnya, meskipun konon sangat bersih dan disiplin tidak dapat dikatakan islami, sebab motif yang menjadikan mereka seperti itu bukanlah motif Islam.

Kekeliruan konsep tersebut kemudian membawa pada kekeliruan istilah. Negara Singapura lebih baik disebut negara teratur atau negara bersih daripada negara yang islami. Ini istilah yang bisa disalahfahami orang awwam.
Inilah yang saat ini menjadi gambaran peradaban yang kemudian banyak ilmu-ilmu yang keliru dan menjadi worldview umat muslim. Umat muslim dengan mudah menilai baik bahwa pejabat yang jujur adalah pejabat yang paling baik padahal mungkin pejabat itu jujur hanya untuk mendulang suara pemilu bukan dikarenakan oleh Allah SWT. Padahal pemimpin yang baik adalah pemimpin yang senantiasa berlaku jujur karena Allah SWT selalu mengawasi gerak gerik nya dan akan meminta pertanggungjawabannya. Jadi melakukan segala sesuatu itu haruslah yang baik dan berlandaskan niat karena Allah SWT dan RasulNya.
Wallahu'alam


3 komentar:

  1. baca postingan ini entah kenapa jadi teringat bukunya Akmal Sjafril..heu
    terlepas dari esensi tulisannya, saya lebih menyukai gaya penulisannya.. mungkin sangat ilmiah..hhehe

    tapi jadi penasaran, kesimpulannya penulis menyetujui kelakuan siapa? atau bagaimana?

    BalasHapus
  2. nah, kesimpulan itu dikembalikan pada pembaca. bagi penulis sendiri tidak bisa mengatakan benar atau salah pada keduanya karena saya sepakat dengan pendapat Fahri Hamzah bahwa "Tidak ada kebenaran yang berkumpul di satu orang sebagaimana tak ada orang yang pasti selalu salah...manusia tempat salah benar."

    BalasHapus
  3. sipp.. setujaa :D
    bagaimanapun jangan marah, Rasulallah mengulangnya berkali-kali dalam hadist 16 d hadost arbain.
    so, jika kamu terpancing dan marah,, maka kamu juga salah.

    BalasHapus